“ Bagaimana aku tau kesukaan abang kalau abang gak
pernah mau bilang “ satu kecupan tiba-tiba mendarat di pipiku, tampak dia mulai
mengambil kursi mendekatiku
“ Ada apa dinda? “ ku tatap wajahnya sejenak, kemudian kembali kelayar
potongan video-vidio yang harus tersatu.
“ Entahlah, si abang tak pernah bilang bagaimana
kopi kesukaan abang? Apa masakanku keasinan atau teh itu kemanisan? Apa yang
abang tidak suka? Sudah seminggu abang tapi aku…,
Suasana berubah menjadi hening dan bodohnya aku
masih asik dengan monitorku.
Abangggg…
pasti aku diduakan “ lanjutnya
menggerutu.
Aku mulai berbalik badan dan menatapnya lekat-lekat,
ku pegang tangannya erat-erat dan berkata,
“ Semua masakan dinda enak, tak ada yang tak enak
kalau dari tangan dinda. Senyum dong dinda, kasih semangat abang, ini tugas
pertama setelah kita menikah dinda, ayooo… senyum “
“ Maafkan aku ya bang “ dia mulai merekahkan senyum
lagi di wajahnya, sungguh inilah nikmat yang dikata, nikmat dikala kita berdua
sudah berstempel halal karenanya.
“ gih buruan ke tidur dah malam “
“ siappp komandan, dinda tunggu di kamar ya “
“ jangan lupa murojaahnya sayang!” seruku, dan dia
hanya berjalan dan menebarkan senyum tanda mengiyakan apa pintaku.
Kini aku tau, kenapa Allah memerintah untuk menyegerakan menikah. Selain menyempurnakan
separuh agamaku, ternyata juga menyempurnakan hari-hariku. Terimakasih tuhan kau kirimkan biddarimu yang menemaniku menjalankan
duniaku dalam mencari ridho-MU.
Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa sudah pukul
dua belas malam dari selepas isya aku bermain dengan monitorku, kini waktunya aku
menemani pujaan hatiku. Segera aku bergegas menuju ke kamar, aku sungguh terkejut ketika kudapati istriku tertidur
sembari duduk di samping ranjang.
Sungguh
mulianya dia ya Allah, aku meridhoinya tempatkan ia kelak di syurgamu. Terlihat
buku diary kecil ditangan manisnya,
Assalamualaikum
diaryku, kali ini aku sudah tak lagi sendiri atau hanya berteman denganmu lagi.
Allah telah menjawab do’aku mengirimkan pangeran dari surganya, kau ingat
pintaku dulu diaryku???
Iya…
Seorang imam yang mampu membimbingku, membawa Al-Quranku dan yang jelas
melabuhkan cintanya kepada sang pencipta semata.
Diary
,,, menikah tak seperti yang mereka kata lo, banyak bahagia yang aku terima. Apalagi
suamiku yang tak mengeluh dengan semua kekuranganku bahkan dia selalu berkata
“
Semua yang dari tangan dinda pasti aku menyukainya”
Bukannya
itu bohong diary???
Sempat
sekali masakanku keasinan, tapi ia malah memakannya dengan lahap. Entahlah…
yang jelas aku bersyukur ada yang mengajarkan aku ilmu agama selepas senja,
membangunkanku kala malaikat turun dari langitnya dan mengingatkan murojaahku
agar tak terlupa.
Diary…
Malam
ini aku sangat merindukannya, salahkah???
Apakah
aku cemburu???
Mungkin
iya, tapi bagaimana tidak? Mungkin kau juga merasa jika diposisiku diary,
sedari pagi dia hanya asik dengan monitornya. Padahal ini baru sehari diary,
bagaimana besok???
Seperti
ada yang menghujam kepalaku, benar-benar sakit. Tapi tak apalah, dia terlalu
sibuk untuk mendengar keluhku.
Kdr
29 may
Bahkan aku tak tau kalau dia sakit, suhu badannya
sungguh tinggi segera kubopong dia ke atas ranjang, tiba-tiba…,
“ abang udah selesai? “ dia terbangun dari tidurnya.
“ kenapa tidur dibawah, kenapa tak bilang kalau
sakit. Dinda seharusnya bilang abang kalau ada apa-apa”
“ hussst… sudah dinda tak apa abang” kemudian dia mulai
memelukku erat dan melanjutkan katannya,
“ sudahkan kau meridhoiku hari ini suamiku, aku tak
mampu tidur tanpa ridhomu”