Tuesday 28 July 2015

Dialah Dia,
Mendekat ketika ada maunya
Menjerit ketika meminta saja
Pun meraung, ketika menangis
Argh! Tak tau diri kau


Ngk, 8 Jully
Cinta yang menuntun mereka, melupakan lelap yang terasa.
Cinta yang menuntun mereka, menghabiskan malam tuk bersua dengan-Nya.
Cinta yang menuntun mereka, untuk bercumbu dengan desiran angin malam.
Cinta yang menuntun mereka, untuk terus komat kamit baca mantra.
Bukan! Bukan mantra sederhana, tp mantra yang melupakan segalanya.


Kdr, 10 Jully
Kini hanya ada kita dengan-Nya
Menghabiskan malam-malam yang tersisa
Meluapkan rindu, lama tak jumpa.


Kdr, 10 Jully
Aku bukan orang yang pandai mengirimkan sms atau telepon padamu.
Tapi ketauilah!
Aku adalah orang yang rajin mengirimkan satu surat untukmu, lima kali dalam sehariku.
Surat yang termaktub, sebagai pembuka kalam-Nya.


Kdr, 10 Jully
Kekasih! Tetaplah disini duduk bersamaku
Jangan kau pergi tinggalkanku
Haruskah aku menanti?
Apakah waktu akan mempertemukan kita?
Aissh... Bahkan dihari yang tersisa, aku belum mampu memanfaatkannya.


Ngk, 10 Jully
Jika ditelusuri tatapan matanya
ada taman nyaman disana
Lembut tuturnya, ada sayang di dalamnya
Sikap acuhnya, ada kasih yang tiada tara

Aku. . . ,
teracun yang tersirat tanpa tersurat

Kdr, 21 Jully
Sudah berapa kali kau suguhkan yang demikian. Berhentilah! aku bukan lagi orang yang tertarik dengan itu, apalagi dengan cara tersebut.
Budi akan selalu menghantui, itu yang tak ku mau.
Pergi saja!

Ngk, 26 Jully
Kelam tenggelam, bersama agungnya cinta
Melepas pundak, sejajar kaki
Bernyanyi-nyanyi alunan ilahi

Lantas, kapan semua terselesaikan?

Segeralah!
Masih ada yang menanti, menyempurnakan setengah dari . . . ,
Kdr, 27 July
Sering terlintas, sebelum aku berlayar ke lelapku. Akan masalalu yang mungkinkah mampu membawamu ke masa depanku.
-
Bukan masalalu, tapi Kamu.
-
Yang hanya menyatu lewat nama tanpa berjumpa, lewat gambar tak bernyawa.
-
Aku marah, pertama mendengar profesimu. Karena aku takut, kau tak ada waktu untukku.
-
Tapi, entahlah!
Semua berubah mengikuti arah jarum jam yang semakin berlalu.


Kdr, 27 jully
Biarlah!
Karena kita hanya berkelana lewat mata, dan merekamnya lewat kata.
Kdr, 28 jully

Sunday 12 July 2015

Kidung Rindu


Sekalipun aku mampu bersembunyi dari mereka semua, tetap saja ada yang tak mampu aku bohongi.  Bahkan sekuat apapun aku berusaha, aku masih belum bisa menampiknya. Aku bahkan tak mampu membohongi diriku sendiri. Aku masih belum bisa melawannya.
Kenapa aku seperti ini? Bukankah seharusnya aku senang? Ketika semua yang aku inginkan berkumpul sudah berkumpul. Ada rasa tak pantas aku menjadi bagian dari mereka, aku sungguh berbeda. Tak ada lebihnya, menyusahkan pula. Aku merasa tak seharusnya aku berada diantara mereka. Aku bohong jika aku santai, aku bohong jika aku tak memikirkan semuanya. Aku bohong jika aku tak iri dengan mereka. Aku bohooongggg. . .
Aku harus berusaha merangkai kata setiap bertemu dengan mereka, bahkan aku tak tau bagaimana cara bercanda dengan mereka, mereka bukan orang yang jauh, mereka saudaramu.  Tapi itulah kenyataan, aku masih ada ragu, bukan ragu sebenarnya, Iri lebih tepatnya.

“ Bodoh kau iri dengan saudaramu sendiri ”
“ aku sangat berbeda kawan, mereka sungguh sempuna.”
“ Tak sepantasnya kau demikian! ”
“ aku harus seperti apa? Mereka seperti membedakan aku, mereka seperti mengacuhkan aku dan mereka sendirilah yang membuat jarak itu, “
“ Kau tau? Bagaimana dia salah satunya memperlakukanku? Aku bahkan seperti bukan saudaranya sendiri. “
“ tak pernah dia memandangku ada, membelikan baju atau yang lainnya seperti adik yang lainnya, “
“ Bukan, bukan baju atau apapun itu, tapi aku iri dengan cintanya. Aku juga adiknya, “
“ kau tau, apa yang aku rasa ketika yang lainnya mampu bersandar dibahunya, bercanda tawa dengannya. Aku sungguh iri,”
“ ingin rasanya aku ingin menjauh dari mereka, tapi...,”
“ tapi apa?”
“ aku tetap tak mampu, memang tak ada piala, prestasi atau apapun itu. Memang masalaluku tak seindah yang lainnya. Tapi ketahuilah! Itu dulu, “

“ aku hanya merindukannya kawan, sangat-sangat merindu.” 

Friday 10 July 2015

Wahai Kau calon Imamku!

Aku bukan orang yang pandai mengirimkan sms atau telepon padamu.
Tapi ketauilah!
Aku adalah orang yang rajin mengirimkan satu surat untukmu, lima kali dalam sehariku.
Surat yang termaktub, sebagai pembuka kalam-Nya.

Wahai Kau calon Imamku!
Aku tak tau bagaimana dirimu, Bagaimana rupa atau akhlakmu.
Yang aku tau, kau pasti ada untukku
Tertulis di lauful mahfud-Nya
Tercipta memang hanya untukku saja

Jika waktu itu tiba, Aku ingin Kau datang dengan membawa-Nya.
Kau genggam erat Agama sebagai jalan kita menuju ridho-Nya.
Aku akan  bersabar,


Bersabar dengan penantian dalam kepantasan.

Cinta yang menuntun mereka

Cinta yang menuntun mereka, melupakan lelap yang terasa.
Cinta yang menuntun mereka, menghabiskan malam tuk bersua dengan-Nya.
Cinta yang menuntun mereka, untuk bercumbu dengan desiran angin malam.
Cinta yang menuntun mereka, untuk terus komat kamit baca mantra.
Bukan! Bukan mantra sederhana, tp mantra yang melupakan segalanya.
Kini hanya ada kita dengan-Nya
Menghabiskan malam-malam yang tersisa
Meluapkan rindu, lama tak jumpa.

Kdr, 09 Juli

Thursday 9 July 2015

Kunang Telanjang

Kunang-kunang telanjang mendengkur
menghabiskan malam dgn kufur
di lapak lapuk mereka tersungkur
melempar otak ke dengkul
dadu dipukul, nestapa dipikul
Tanpa syukur
Ngjk, 07 Jul

Tuesday 7 July 2015

Negeriku, Negeri Ilusi

Negeriku, Negeri Ilusi
~ Fitri Andriana ~

Negeriku, Negeri ilusi yang penuh kontroversi
Bertebar muslihat penyilat
Bercucur keringat rakyat untuk penghianat
Petinggi berkoar sana-sini tanpa henti
Menyebar harapan dipucuk deriji
Hahaha… kami tak butuh itu Tuan!
Kau tinggikan dasi, mengumbar-umbar tak pasti
Kau agungkan janji, tanpa terpenuhi
Negeriku, Negeri ilusi, rusak sana rusak sini
“ Untuk rakyat ” katanya
Dari rakyat untuk pelaknat, iya!
Zaman edan, penuh polusi polisi



Kediri, 03 July 2015

Karena Jomblo Menghantarkannya Menjadi Penghafal Qur’an

Jomblo adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki pasangan. Banyak alasan mengapa seseorang berada pada kondisi tersebut, entah karena ingin sendiri, baru putus sama pacar, trauma sama pacar, konsentrasi dengan pekerjaan, pelajaran atau mungkin memang tidak laku. Alasan terakir inilah yang biasanya digunakan untuk menjatuhkan mental si jomblo. TAK LAKU-LAKU, Hoeeyyy, kita bukan dagangan kali sob, kita jomblo karena prinsip.
Apa untungnya berpacaran? Tidak adakan? Berpacaran hanya akan menjerumuskan kita ke hal-hal yang dilarang, itu pasti dan sudah banyak bukti. Aku jomblo dan aku bahagia, lebih bahagia ketika aku mendengar cerita dari temanku Annisa yang pernah terjerumus ke perkara yang diharamkan tersebut.
***
Ia Annisa, gadis yang memutuskan berhijrah setelah lima tahun menjalani pacaran. Sebelum berpacaran Annisa atau yang sering disapa Nisa adalah orang yang rajin, baik dalam bidang pelajaran umum atau pelajaran agama. Semua berubah ketika ia mulai mengenal Ari, seorang laki-laki yang merubahnya menjadi gadis yang ugal-ugalan tak karuan bahkan sudah berani membentak ibunya. Dunia malam menjadi temannya, Ia sudah mulai terbawa arus jaman yang membuatnya lupa akan aktifitasnya. Bahkan sholat lima waktu pun sudah tak ia laksanakan. Lima tahun lamanya, sejak Ia duduk di bangku SMA. Memang jaman mampu mengkikis Adab menjadi biadab. Bukan sekali bahkan berkali-kali ia membuat orang tuanya menangis. Tapi tamparan dasyat ia dapatkan dari teman dekatnya, ketika Ia duduk dibangku kuliah.
“ Kamu jomblo ya ndin? “ tanya Nisa pada Andin, teman dekatnya. Seorang aktifis organisasi dakwah dikampusnya. Andin tau, bagaimana Nisa sebenarnya. Ia tau bahwa dulunya Nisa seperti apa, Ibunya menceritakan semuanya bahkan beliau meminta bantuan Andin untuk bisa membawa Anisa kembali. Menjadi gadis yang anggun dan yang pasti mau kembali mengenakan hijab dan tak meninggalkan sholat. Andin hanya mengangguk “insyaallah bunda”  jawab Andin dalam hati.
“ Ndak tuh nis, aku tuh single bukan jomblo “ jawab andin sambil nyengir ke annisa.
“ Sama aja tuh nis, cuma beda tulisannya”
“ Apa untungnya pacaran to nis? Tidak adakan? “ andin menghela nafas sejenak, Ia rasa ini saat untuk mengakatan semuanya.
“ Apa yang kamu dapatkan? Apa kamu bisa menjamin dia bisa menjadi suamimu kelak? aku yakin kamu lebih tau dari pada aku nis.”
“ Tapikan setidaknya kita ada semangat to Ndin setiap hari”
“ Bagaimana dengan yang menyemangatimu dari kecil, yang selalu ada bahkan yang kau lupa sekarang?”
“ Tapi..,” sela Nisa.
“ Biarkan aku selesai bicara dulu Nis, sekarang kamu ingat-ingat! Siapa yang ada saat kamu sakit, apa Ari ada? Aku tak melarangmu berpacaran, tapi aku geram dengan tingkahmu pada Ibumu Nis. Apa kamu ingat sholat ataukah kamu lupa cara sholat? Apa kamu akan hidup selamanya? Aku tak ingin kamu jauh terperangkap dikemaksiatan nis.” Buliran air mata membasahi pipi Andin, Nisa pun tampak menunduk.
“ Maafkan aku Nis, jika ucapanku menyakitimu. Tapi aku benar-benar ingin kami kembali, menjadi Anisa yang rajin beribadah bukan anisa yang seperti ini. Nis! Aku tak tau akan berapa lama umurku Nis, dan aku tak ingin jika aku mati temanku masih seperti ini. Umurku tak lama lagi Nis, kanker ganas sudah mulai menggerogoti tubuhku. Aku ingin melihatmu berhijab sebelum malaikat pencabut nyawa itu datang Nis, ini hari terakirku.”
Andini memang mengidap penyakit kanker sejak setahun yang lalu, tapi tak satu orangpun yang tau kecuali orang tuanya. Bahkan Anisa teman dekatnya, sedikitpun tak mengerti bahwa sahabatnya sudah sekian lama menderita dan dokter memvonis hidupnya tinggal satu minggu lagi.
“ Apa katamu? Kenapa kamu tak mengatakan ...,”  belum selesai Nisa berkata, Andini langsung memeluknya.
“ Ini hidup Nis, Ini takdir Nis, tak ada yang tau dan aku pun juga tak menginginkannya. Rambut yang harus digundul, kemoterapi setiap bulan serta berteman dengan pil pil besar dan jarum yang menakutkan itu nis. Sudahlah! Tak ada yang perlu disesali.” Bisik Andini.
***
Setelah kejadian tersebut, Anisa terus mengingat-ngingat apa yang dikatakan sahabatnya. Dia memilih merenung di kamar dan tak mau keluar, tiba-tiba satu pesan melayang di kotak masuk Hpnya,
Andini
jika sebelum akad saja dia sudah berani melabuhkan tangannya kepada tubuhmu..
jangan heran, jika setelah menikah ia mampu melakukan itu kepada wanita-wanita yang lain..
toh, sama-sama dosa pada Allah..
yang tiada takut dosa sebelum menikah, jangan harap dia takut dosa setelah menikah
#Ustad Felix_siaw
From : Andini
05/05/2014 18:35:24
Berkali-kali anisa membaca pesan tersebut, seketika Ia teringat akan apa saja yang telah dilakukan dengan Ari. “Betapa bodohnya aku, kemana aku selama ini.” Ia teringat akan masa pacaran dengan Ari yang tak pernah ada batasan satu sama lainnya.
“ Bahkan ketika kondisimu seperti ini, kamu tetap mengingatku ndin. Terimaksih.” Kata anisa sembari terus memandangi pesan dari Andini.
Kemudian Ia teringat akan sesuatu yang seharusnya segera dilakukan,
Assalamualaikum, sebelumnya aku minta maaf Mas. Aku menyadari apa yang kita lakukan ini adalah sesuatu yang terlarang. Kita terlalu jauh melangkah. Aku rindu sholatku lagi. Sekali lagi maaf, semoga kamu bisa menerima keputusanku dengan berbagai alasanku.
Kita putus
Wassalamualikum
Anisa
Ia mengirim pesan tersebut ke Ari, memang tak semudah yang  Ia bayangkan. Berbagai kata tak menyenangkan melayang di ponselnya,
“ Apa katamu? Kita putus! “
“ Setelah lima tahun, dengan begitu mudahnya kamu memutuskanku. Toh, aku juga tidak pernah melarangmu Sholat. Aku tidak terima, lihat saja nanti!”
Entahlah, Ia hanya mampu memasrahkan semuanya kepada Allah. Bukankah Allah selalu menolong hambanya yang benar-benar bertaubat.
***
Satu minggu penuh Anisa menghabiskan harinya dirumah, Ia menghabiskan harinya untuk bermuhasabah. Anisa mulai mencari baju-baju muslim yang masih bisa digunakan dan membuang semua baju terbuka yang ia punya. Ibunya merasa sangat bahagia karena anaknya sudah kembali.
Tut… Tut… Tut…
Tiba-tiba Ia Mendengar Hpnya berbunyi, satu pesan yang membuatnya sangat syok. Ia segera bergegas menuju ke Rumah sakit dimana Andini dirawat.
“ Buk! Bagaimana kondisi Andini.” Tanya nisa kepada ibu Andini yang tampak kebingungan, Ibunya hanya menggelengkan kepala saja.
“ Dok, bagaimana kondisi teman saya? “ Tanya Anisa pada dokter yang menangani Andini.
“ Maafkan aku nak, aku tidak bisa menyelamatkannya. Tuhan berkata lain.”
“ Apa dok? Dokter berbohongkan? Andini masih hidupkan dok, dia tidak boleh mati dok, dia harus melihat saya mengenakan jilbab dulu.” Seketika tangisan pecah.
“ Tenang nak! Biarkan Andini pergi, dia sudah lama menahan sakitnya. Ibu sudah rela.” Kata ibu Andini, sembari memeluk Nisa.
Anisa masih belum percaya, dia menggoyang-goyangkan tubuh andini dengan sekuat tenaga.
“ Ndin! Ini aku, aku sudah berjilbab seperti yang kau pinta. Aku sudah kembali ndin, bangun Ndin! Lihat jilbabku! , tak ingatkah, kau yang sering bilang jika aku akan Nampak cantik jika mengenakan jilbab. Bangun Ndin! , kau bilang ingin melihatku sebelum pergi. Kenapa kau bohong? Bangun ndin! Banguuun!” Anisa tak mampu menahan tangisnya, sahabat sekaligus orang yang telah membuatnya berhijrah telah pergi meninggalkannya, untuk selamanya.
***
Setelah kepergian Andini, Anisa mulai memutuskan untuk menjadi seperti yang sahabatnya pinta. Ia kini lebih aktif di organisasi keagamaan yang ada di kampusnya. Menjadi jomblo dan kembali berhijrah tak mudah bagi Nisa, banyak sekali halangan dan rintangan. Selain parasnya yang rupawan juga karena prestasi-prestasinya yang memuncak. Ia menjadi mahasiswi yang banyak dikagumi banyak kalangan.
Sudah lama pula Anisa ingin menjadi seorang penghafal Al-Qur’an, tapi hati sering kali bergejolak,
“ Kamu siapa? “ pertanyaan ini yang sering muncul dalam benaknya, tapi tak henti-hentinya Ia meminta ya Allah aku ingin bisa menjadi penghafal kalammu, yang mampu membawa keluargaku ke surgamu.
Memang benar, jika Allah mengabulkan do’a hambanya yang benar-benar ingin merengkuh kasih sayangnya.
“ Kak, sebenarnya aku juga ingin menjadi penghafal Al-Qur’an.” Kata Anisa kepada Arif, Kakak tingkat yang biasa mengisi kajian di organisasinya, kata itu seketika keluar ketika arif menceritakan kepadanya tentang  tiga orang pelacur yang bertaubat dan mampu menjadi penghafal Al-Qur’an.
“ Iya, Ayo Anisa! Tak ada yang melarang, mulai besok kamu sudah bisa setor. Jika memang kamu benar-benar menginginkannya.”
“ Apa Anisa bisa kak?” Tanya Anisa.
“ Apa yang tak mungkin Nisa, semua mungkin karena-NYA. Sekarang tinggal bagaimana kamu, apakah kamu benar-benar ingin menjadi penghafal? Menjadi penghafal pun juga banyak cobanya Anisa.”
“ Iya kak, saya siap dengan segala kemungkinan yang ada. Kak! Aku pernah dengar katanya yang tidak kuat menghafal katanya gila, apakah itu benar?”
“ Kata siapa itu Nis? Mana mungkin Al-Qur’an kitab suci bisa membuat orang gila. Itu mungkin karena dia terlalu banyak amalan yang aneh-aneh. Ingat! Al-Qur’an itu As-syifa’.” Sahut Arif.
“ okey kak, mulai besok Nisa setor hafalan. Bombing Nisa’ ya kak!” kata nisa semangat.
Setelah percakapan tersebut, Anisa semakin semangat menjani hidupnya.

Jomblo ternyata tak buruk baginya, jomblo mengantarkannya menjadi seorang gadis yang berprestasi disegala hal. Termasuk pula, KARENA JOMBLO MENGHANTARKANNYA MENJADI PENGHAFAL AL-QUR’AN.

Saturday 4 July 2015

Aish Sudah Kembali

Cinta akan lebih indah jika ia datang disaat yang tepat. Seperti halnya Ia yang lebih memilih keluar dari masa jahiliyahnya. Aisyah, seorang gadis dengan latar belakang agama yang kuat bahkan pernah tersesat dan terperangkap bujuk rayu setan.
“ Maafin Aish umi, Aish sudah kembali.” Butiran tulus mulai keluar dari mata mungilnya.
Setelah tiga tahun lamanya Ia mengabaikan keluarga bahkan tak mendengar nasehat kedua orang tuanya, kini Ia kembali. Aish gadis kecil yang dirindukan ibunya. Ia sangat menyesal karena tidak mendengarkan uminya untuk tidak berpacaran. Tepat tiga tahun yang lalu,
“ Aish, kamu ini masih sangat kecil untuk mengenal cinta.” Tutur uminya, saat itu memang Aish masih berumur limabelas tahun. Semenjak ditinggal ayahnya Aish mulai berubah drastis. Dunia malam menenggelamkannya. Apalagi semenjak Ia mengenal Yudi, seorang laki-laki nasrani yang membuatnya semakin jauh dari Allah.
“ Umi tau apa soal cinta, sudah umi tidak usah pikirin Aish. Toh, Yudi juga biasanya yang ngasih uang Aish.” Bentak Aish pada uminya.
“ Nak, Umi tidak ingin kamu kenapa-kenapa.”
“ Sudahlah umi, Aish udah bukan anak SD lagi. Aku udah tau mana yang baik dan buruk, udah umi urusin cucian saja.”
Begitulah Aish dulu ketika dinasehati uminya. Tak ada henti-hentinya uminya berdo’a agar Aish kembali. Sampai akirnya Aish bertemu dengan Ahmad, laki-laki yang membawanya kembali.
***
“ Assalamualaikum, mbak! Saya lihat sudah hampir dua jam mbknya termenung dibawah jembatan ini mbk. Apa tidak sebaiknya mbaknya pulang? “ sapa Ahmad malam itu, Ia merasa kasihan melihat Aish yang duduk termenung dengan tatapan kosong.
“ Siapa kamu? Pergi sana, semua laki-laki sama saja.” Seketika Aish menjerit dan menangis sejadi-jadinya. Ahmad pun mulai duduk disampingnya, Ahmad tau dari wajah Aish tampak dia sedang ada masalah.
“ Tak ada di dunia ini yang tak memiliki masalah, termasuk saya mbak. Saya bahkan cuma anak panti yang beruntung bisa mendapatkan orang tua asuh. Sejak kecil saya tidak tau bagaimana ibu dan bapak saya. Tetapi Alhamdulillah, Allah masih memberi saya hidup sehingga saya mampu mendo’akan mereka. Masih banyak orang yang kurang beruntung dari pada kita mbak. Apa dengan seperti ini masalah mbaknya selesai? “
Aish masih terus menangis dan Ahmadpun terus menghiburnya, menceritakan tentang kisah-kisah sahabat yang kurang beruntung lainnya. Aish mulai larut dan teringat akan semua dosa-dosanya dimasa lampau, Ia hanya terdiam dan mendengarkan Ahmad bercerita.
“ Mas, ajarkan aku untuk kembali!.” Pinta Aish lirih sembari mengusap air matanya.
Permintaan Aish seketika menggetarkan hati Ahmad, “subhannallah” batin Ahmad. Aish mulai menceritakan semua masalahnya kepada Ahmad termasuk tentang yudi yang selingkuh dan meninggalkannya begitu saja, sehingga membuatnya menjadi seperti ini. Ahmad mengajaknya ke pesantren, dan Aish pun memutuskan untuk tidak pulang ke rumah sampai ia bisa benar-benar memperbaiki dirinya.
***
Satu bulan berlalu, umi Aish sangat kebingungan. Tak henti-hentinya Ia berdo’a dan memohon kepada Allah agar Aish segera pulang. Pintu rumahnya pun  tak pernah Ia kunci supaya ketika Aish pulang, tidak perlu mengetuk atau memanggil uminya. Badannya kurus kering, matanya sembab karena terus menangis disetiap malam. Tiba-tiba,
“ Aish!” Ia terdiam, memandang seseorang yang berdiri didepan pintu. Balutan jilbab biru menambah parasnya terlihat sangat cantik, memang Aish terkenal sebagai kembang desa di kampungnya.
“ Assalamualaikum, kenapa umi jadi kurus seperti ini. Maafkan Aish umi!” Ia menghampiri Ibunya dan memeluknya erat-erat, mereka hanyut dalam haru.
“ Maafkan Aish umi, Maafkan Aish, Maafkan Aish…” Kalimat tesebut tak henti-hentinya keluar dari bibir Aish.
“ Sudahlah nak! Tak perlu ada yang disesali.” Umi mengusap air mata yang mengalir dipipi Aish.
Aish menceritakan semua yang terjadi dan apa yang dilakukan selama ini serta mengenalkan Ahmad, yang telah membuatnya seperti ini.
Kini Aish sudah kembali, menjadi muslimah yang anggun dan taat beragama, taat kepada orang tua serta mulai memperdalam ilmu agama yang lama ia tinggalkan.


 
AZ-ZHAFIROH Blogger Template by Ipietoon Blogger Template