Jomblo adalah kondisi
dimana seseorang tidak memiliki pasangan. Banyak alasan mengapa seseorang
berada pada kondisi tersebut, entah karena ingin sendiri, baru putus sama
pacar, trauma sama pacar, konsentrasi dengan pekerjaan, pelajaran atau mungkin
memang tidak laku. Alasan terakir inilah yang biasanya digunakan untuk
menjatuhkan mental si jomblo. TAK LAKU-LAKU, Hoeeyyy, kita bukan dagangan kali sob, kita jomblo karena prinsip.
Apa untungnya
berpacaran? Tidak adakan? Berpacaran hanya akan menjerumuskan kita ke hal-hal
yang dilarang, itu pasti dan sudah banyak bukti. Aku jomblo dan aku bahagia,
lebih bahagia ketika aku mendengar cerita dari temanku Annisa yang pernah
terjerumus ke perkara yang diharamkan tersebut.
***
Ia Annisa, gadis yang
memutuskan berhijrah setelah lima tahun menjalani pacaran. Sebelum berpacaran
Annisa atau yang sering disapa Nisa adalah orang yang rajin, baik dalam bidang
pelajaran umum atau pelajaran agama. Semua berubah ketika ia mulai mengenal
Ari, seorang laki-laki yang merubahnya menjadi gadis yang ugal-ugalan tak
karuan bahkan sudah berani membentak ibunya. Dunia malam menjadi temannya, Ia
sudah mulai terbawa arus jaman yang membuatnya lupa akan aktifitasnya. Bahkan
sholat lima waktu pun sudah tak ia laksanakan. Lima tahun lamanya, sejak Ia
duduk di bangku SMA. Memang jaman mampu mengkikis Adab menjadi biadab. Bukan
sekali bahkan berkali-kali ia membuat orang tuanya menangis. Tapi tamparan
dasyat ia dapatkan dari teman dekatnya, ketika Ia duduk dibangku kuliah.
“ Kamu jomblo ya ndin?
“ tanya Nisa pada Andin, teman dekatnya. Seorang aktifis organisasi dakwah
dikampusnya. Andin tau, bagaimana Nisa sebenarnya. Ia tau bahwa dulunya Nisa
seperti apa, Ibunya menceritakan semuanya bahkan beliau meminta bantuan Andin
untuk bisa membawa Anisa kembali. Menjadi gadis yang anggun dan yang pasti mau
kembali mengenakan hijab dan tak meninggalkan sholat. Andin hanya mengangguk “insyaallah bunda” jawab Andin dalam hati.
“ Ndak tuh nis, aku tuh
single bukan jomblo “ jawab andin sambil nyengir ke annisa.
“ Sama aja tuh nis,
cuma beda tulisannya”
“ Apa untungnya pacaran
to nis? Tidak adakan? “ andin menghela nafas sejenak, Ia rasa ini saat untuk
mengakatan semuanya.
“ Apa yang kamu
dapatkan? Apa kamu bisa menjamin dia bisa menjadi suamimu kelak? aku yakin kamu
lebih tau dari pada aku nis.”
“ Tapikan setidaknya
kita ada semangat to Ndin setiap hari”
“ Bagaimana dengan yang
menyemangatimu dari kecil, yang selalu ada bahkan yang kau lupa sekarang?”
“ Tapi..,” sela Nisa.
“ Biarkan aku selesai
bicara dulu Nis, sekarang kamu ingat-ingat! Siapa yang ada saat kamu sakit, apa
Ari ada? Aku tak melarangmu berpacaran, tapi aku geram dengan tingkahmu pada
Ibumu Nis. Apa kamu ingat sholat ataukah kamu lupa cara sholat? Apa kamu akan
hidup selamanya? Aku tak ingin kamu jauh terperangkap dikemaksiatan nis.”
Buliran air mata membasahi pipi Andin, Nisa pun tampak menunduk.
“ Maafkan aku Nis, jika
ucapanku menyakitimu. Tapi aku benar-benar ingin kami kembali, menjadi Anisa
yang rajin beribadah bukan anisa yang seperti ini. Nis! Aku tak tau akan berapa
lama umurku Nis, dan aku tak ingin jika aku mati temanku masih seperti ini.
Umurku tak lama lagi Nis, kanker ganas sudah mulai menggerogoti tubuhku. Aku
ingin melihatmu berhijab sebelum malaikat pencabut nyawa itu datang Nis, ini
hari terakirku.”
Andini memang mengidap
penyakit kanker sejak setahun yang lalu, tapi tak satu orangpun yang tau
kecuali orang tuanya. Bahkan Anisa teman dekatnya, sedikitpun tak mengerti
bahwa sahabatnya sudah sekian lama menderita dan dokter memvonis hidupnya
tinggal satu minggu lagi.
“ Apa katamu? Kenapa
kamu tak mengatakan ...,” belum selesai
Nisa berkata, Andini langsung memeluknya.
“ Ini hidup Nis, Ini
takdir Nis, tak ada yang tau dan aku pun juga tak menginginkannya. Rambut yang
harus digundul, kemoterapi setiap bulan serta berteman dengan pil pil besar dan
jarum yang menakutkan itu nis. Sudahlah! Tak ada yang perlu disesali.” Bisik
Andini.
***
Setelah kejadian tersebut,
Anisa terus mengingat-ngingat apa yang dikatakan sahabatnya. Dia memilih
merenung di kamar dan tak mau keluar, tiba-tiba satu pesan melayang di kotak
masuk Hpnya,
Andini
jika sebelum akad
saja dia sudah berani melabuhkan tangannya kepada tubuhmu..
jangan heran, jika setelah menikah ia mampu melakukan itu kepada wanita-wanita
yang lain..
toh, sama-sama dosa pada Allah..
yang tiada takut
dosa sebelum menikah, jangan harap dia takut dosa setelah menikah
#Ustad Felix_siaw
From
: Andini
05/05/2014
18:35:24
Berkali-kali anisa
membaca pesan tersebut, seketika Ia teringat akan apa saja yang telah dilakukan
dengan Ari. “Betapa bodohnya aku, kemana
aku selama ini.” Ia teringat akan masa pacaran dengan Ari yang tak pernah
ada batasan satu sama lainnya.
“ Bahkan ketika
kondisimu seperti ini, kamu tetap mengingatku ndin. Terimaksih.” Kata anisa
sembari terus memandangi pesan dari Andini.
Kemudian Ia teringat
akan sesuatu yang seharusnya segera dilakukan,
Assalamualaikum,
sebelumnya aku minta maaf Mas. Aku menyadari apa yang kita lakukan ini adalah
sesuatu yang terlarang. Kita terlalu jauh melangkah. Aku rindu sholatku lagi.
Sekali lagi maaf, semoga kamu bisa menerima keputusanku dengan berbagai
alasanku.
Kita putus
Wassalamualikum
Anisa
Ia mengirim pesan tersebut
ke Ari, memang tak semudah yang Ia
bayangkan. Berbagai kata tak menyenangkan melayang di ponselnya,
“ Apa katamu? Kita
putus! “
“ Setelah lima tahun,
dengan begitu mudahnya kamu memutuskanku. Toh, aku juga tidak pernah melarangmu
Sholat. Aku tidak terima, lihat saja nanti!”
Entahlah, Ia hanya
mampu memasrahkan semuanya kepada Allah. Bukankah Allah selalu menolong
hambanya yang benar-benar bertaubat.
***
Satu minggu penuh Anisa
menghabiskan harinya dirumah, Ia menghabiskan harinya untuk bermuhasabah. Anisa
mulai mencari baju-baju muslim yang masih bisa digunakan dan membuang semua
baju terbuka yang ia punya. Ibunya merasa sangat bahagia karena anaknya sudah
kembali.
Tut… Tut… Tut…
Tiba-tiba Ia Mendengar
Hpnya berbunyi, satu pesan yang membuatnya sangat syok. Ia segera bergegas
menuju ke Rumah sakit dimana Andini dirawat.
“ Buk! Bagaimana
kondisi Andini.” Tanya nisa kepada ibu Andini yang tampak kebingungan, Ibunya
hanya menggelengkan kepala saja.
“ Dok, bagaimana
kondisi teman saya? “ Tanya Anisa pada dokter yang menangani Andini.
“ Maafkan aku nak, aku
tidak bisa menyelamatkannya. Tuhan berkata lain.”
“ Apa dok? Dokter
berbohongkan? Andini masih hidupkan dok, dia tidak boleh mati dok, dia harus
melihat saya mengenakan jilbab dulu.” Seketika tangisan pecah.
“ Tenang nak! Biarkan
Andini pergi, dia sudah lama menahan sakitnya. Ibu sudah rela.” Kata ibu
Andini, sembari memeluk Nisa.
Anisa masih belum
percaya, dia menggoyang-goyangkan tubuh andini dengan sekuat tenaga.
“ Ndin! Ini aku, aku
sudah berjilbab seperti yang kau pinta. Aku sudah kembali ndin, bangun Ndin!
Lihat jilbabku! , tak ingatkah, kau yang sering bilang jika aku akan Nampak
cantik jika mengenakan jilbab. Bangun Ndin! , kau bilang ingin melihatku
sebelum pergi. Kenapa kau bohong? Bangun ndin! Banguuun!” Anisa tak mampu
menahan tangisnya, sahabat sekaligus orang yang telah membuatnya berhijrah
telah pergi meninggalkannya, untuk selamanya.
***
Setelah kepergian
Andini, Anisa mulai memutuskan untuk menjadi seperti yang sahabatnya pinta. Ia
kini lebih aktif di organisasi keagamaan yang ada di kampusnya. Menjadi jomblo
dan kembali berhijrah tak mudah bagi Nisa, banyak sekali halangan dan
rintangan. Selain parasnya yang rupawan juga karena prestasi-prestasinya yang
memuncak. Ia menjadi mahasiswi yang banyak dikagumi banyak kalangan.
Sudah lama pula Anisa
ingin menjadi seorang penghafal Al-Qur’an, tapi hati sering kali bergejolak,
“ Kamu siapa? “
pertanyaan ini yang sering muncul dalam benaknya, tapi tak henti-hentinya Ia
meminta ya Allah aku ingin bisa menjadi
penghafal kalammu, yang mampu membawa keluargaku ke surgamu.
Memang benar, jika
Allah mengabulkan do’a hambanya yang benar-benar ingin merengkuh kasih
sayangnya.
“ Kak, sebenarnya aku
juga ingin menjadi penghafal Al-Qur’an.” Kata Anisa kepada Arif, Kakak tingkat
yang biasa mengisi kajian di organisasinya, kata itu seketika keluar ketika
arif menceritakan kepadanya tentang tiga
orang pelacur yang bertaubat dan mampu menjadi penghafal Al-Qur’an.
“ Iya, Ayo Anisa! Tak
ada yang melarang, mulai besok kamu sudah bisa setor. Jika memang kamu
benar-benar menginginkannya.”
“ Apa Anisa bisa kak?”
Tanya Anisa.
“ Apa yang tak mungkin
Nisa, semua mungkin karena-NYA. Sekarang tinggal bagaimana kamu, apakah kamu
benar-benar ingin menjadi penghafal? Menjadi penghafal pun juga banyak cobanya
Anisa.”
“ Iya kak, saya siap
dengan segala kemungkinan yang ada. Kak! Aku pernah dengar katanya yang tidak
kuat menghafal katanya gila, apakah itu benar?”
“ Kata siapa itu Nis?
Mana mungkin Al-Qur’an kitab suci bisa membuat orang gila. Itu mungkin karena
dia terlalu banyak amalan yang aneh-aneh. Ingat! Al-Qur’an itu As-syifa’.”
Sahut Arif.
“ okey kak, mulai besok
Nisa setor hafalan. Bombing Nisa’ ya kak!” kata nisa semangat.
Setelah percakapan
tersebut, Anisa semakin semangat menjani hidupnya.
Jomblo ternyata tak
buruk baginya, jomblo mengantarkannya menjadi seorang gadis yang berprestasi
disegala hal. Termasuk pula, KARENA JOMBLO MENGHANTARKANNYA MENJADI PENGHAFAL
AL-QUR’AN.