Rindu, aku benar-benar mulai merasakannya. Tumpukan itu
membuatku sangat ingin mendekat dan menyentuhnya. Sudah sangat lama aku tak bersua.
Kapan? Entahlah, aku lupa. Mungkin, semenjak tumpukan-tumpukan lain yang
menyela.
Sungguh, aku ingin berada disana. Ia seperti masih
memanggilku, “kemari, kemarilah!”
Dulunya aku memang menginginkan tempat ini, tapi tidak saat
itu. Semakin aku memaksa, Ia terus menggerogoti. Sakit.
Jika boleh jujur, sekarang aku Ingin disana. Menari-nari
dengan kata, berbagi kata dengan gudang-gudang kata. Andai saja, andai dan
andai….,
Tapi aku siapa? Aku apa?
Jarum jam memang mampu kembali, tapi waktu? Ia akan terus
maju.
Aku. Siapa aku
Kenapa aku?
Bagaimana aku?
Kau ilalang atau belalang? Yang bangkai saja halal dimakan. Kau
putih atau hitam? Yang mampu menyapu benareka.
Heyyyy!!!!
Berhenti disini! Ini pilihan, ini konsekuensi. Kau harus
tetap menjalani.
Ketika Kun “jadilah”
pasti akan fayakun “maka jadilah”
Percaya, pasrah.
Kediri, 17-12-2015
0 comments:
Post a Comment