Sunday 29 May 2016
Sunday 22 May 2016
Saturday 14 May 2016
Thursday 12 May 2016
Kelak, pintaku... ,
Jadilah suami juga sahabatku yang tak lelah mendengar semua keluh manjaku.
Jadilah suami juga ibuku, yang menyedian telinga serta bahu untuk menyandarkan seluruh masalahku.
Jadilah suami serta kakakku, yang melindungi serta menyediakan tangan untuk mengusap tangis yang berderai di pipi.
Jadilah suami serta bajuku yang mampu menutup seluruh aibku.
Jadilah suami serta mata untuk menunjukan yang baik dan benar.
Namun,
Jangan jadikan Aku orang asing dalam kehidupanmu,
Jadikan Aku istri juga temanmu yang selalu Engkau curahkan keluh kesahmu.
Jadikan Aku istri juga penyemangatmu, menggandeng tanganku untuk menghadapi semuanya.
Jadikan Aku istri yang kau peluk ketika dinginnya kehidupan menyerang.
Ajari aku menjadi bajumu,
Ajari Aku untuk mengenalmu.
Terimakasih
Saturday 7 May 2016
Friday 6 May 2016
Saturday 30 April 2016
Sunday 10 April 2016
CINTA SESUNGGUHNYA
Monday 4 April 2016
Wednesday 30 March 2016
Jika memang jodoh Tuhan, pertemukan kami dalam mahligai suci. Bismillah, semua karenaMu. Tata niat kami agar jika takdir berkata lain tidak akan ada penyesalan karena cinta kami padamu. Tuntun kami Tuhan, bawa hati kami setia pada cintamu. Semua harapku ada di tanganmu tuhan. Aku tak tau kepada siapa kutaruh harapku selain kepadamu. Hamba yakin dan percaya, Kau akan memberikan kami lebih dari yg kami pinta.
Tuhan, sampaikan ini untuknya. Aku menginginkannya, namun tak bisa dipungkiri bahwa laluku sungguh menjijikan untuk dipandang. Tapi Aku tau, ia datang karenamu dan panggilan taubatku. Kupasrahkan semua, berhrap yg terbaik untuk kami. Keputusan memang ditangan kami, namun penentunya adalah engkau. Jika kami tersangka maka engkau hakimnya.
Tuhan sampaikan padanya, dengan rupaku yg tak sempurna, agamaku yg masih jauh darinya, harta yg tidak ada apanya, Ku mohon bantu sempurnakan Aku.
Tuesday 29 March 2016
Ada sesuatu yang semakin memantapkan hatiku. Ketika kudengar semuanya, yang menarik adalah tentang pangabdianmu serta bagaimana gus kecil yg membawa hatimu mendekatiku.
"Janjinya tidak akan menikah sampai gus kecil besar mbak, dan heranya gus kecil juga mulai mendekati smpyan mulai setelah kami umrah. Iya to?" Aku hanya mengangguk.
"Mungkin karena hatinya, membawa gus kecil mendekatimu."
Lagi-lagi...
entahlah!
Kan kuceritakan padamu Sahabat, tentang kabar bahagia yg sungguh bisa membuatku kembali bersimpuh dengan tangis dimalamku. Kukabarkan padamu sahabat, tentang sukur yg lama mati telah terlahir kembali. Semua karena nikmatnya. Semoga Tuhan membantuku menahan nafsu hingga kepastian itu tiba. Membimbing sampai faham hadir, meluruskan jika bengkok terasa, menuntun jika buta menyapa, menggiring sampai ke tujuan yg dicita-citakan. Aamiin
Bunga mulai bermekaran mengisi hampa penantian. Ia datang, sungguh bagi kalian yang tidak percaya, Ia datang karena do'a. Allah yang membawanya. Kalian tau bagaimana Aku dulu, bagaimana perjalananku hingga kutetapkan untuk bersimpuh kepadaNya, kupasrahkan semua dan hanya percaya pada doa. Kini Ia datang, dan Tuhan yang membawanya.
Dia yang selalu kupinta dalam doa.
Monday 28 March 2016
Malam ini, kabar bahagia yang datang membuatku larut dalam tangis haru. Kusimpuhkan diriku, kutarik napas menghayati setiap ayat yg kubaca. Dengan tersedu-sedu disela taubat, tasbih dan hajat, ku memohon ampunan atau semua dosaku. Gusti, jenengan bahkan memberikan yang kupinta tapi Aku? Aku terlalu lalai. Lupa malam. Lupa semua kewajiban. Tapi kau mendengar doaku. Dia benar-benar karenamu. Jika bukan karena gusti terus siapa lagi? Kita bahkan bersua hanya bisa dihitung saja. Bercakap dua atau tiga. Namun? Alhamdulillah, terimakasih Tuhan. Kini Aku semakin percaya bahwa ada cinta dalam doa. Percaya membawa Ia datang.
Tuan, Kau sungguh masih asing bagiku. Ajari aku.
Gusti, kenapa terasa sangat canggung? Whats wrong with me? Senang, namun ada sesuatu yang masih mengganjal. Iyakah? Benarkah? Mungkin jika ada kepastian akan hilang rasa ini.
Namun, apa yg bisa aku bawa untuk menuju kesana. Jenengan tau, hambamu ini hamba manja, modal saya berangkat hanya bismillah dan niat menyempurnakan agama. Siapa yang tau Ia dan bagaimana Ia kalau bukan engkau Gusti. Jika memang semua ini kehendakmu beri kelancaran, mudahkan semuanya. Bimbing hamba menjadi wanita layaknya Ummu aisyah atau Fatimah. Sungguh, jika Ia harus seperti apa dan bagaimana? Tunjukan Gusti.
Sembari menunggu, ijinkan hamba meluapkan sukur. Memperbaiki diri. Istiqomahkan dan beri kekuatan hingga kepastian dan hari itu datang.
Ngk, 28 Maret
Sunday 27 March 2016
Gusti, aku tak mengerti haruskah senang atau seperti apa? Sungguh aku tak percaya, engkau bahkan mengabulkan permintaanku yang tersirat itu.
Aku menyesal karena tidak mau menunggu, Aku menyesal karena lama melalaikanmu.
Igfirli gusti,, igfirli... seperti ada sesuatu yg menghajarku kali ini.
Semoga menjadi awal yg baik.
Wednesday 16 March 2016
Wednesday 2 March 2016
Hey!! Kau tau berapa mahal harga menunggu? Tak bisa terbayarkan tuan. Bagaimana bisa kau setega ini. Berapa banyak waktu yang ku korbankan untuk menunggu. Mungkin aku bisa sedikit sabar, tapi tidakkah kau tau pepatah jika sedikit demi sedikit menjadi bukit?
Pencuri Kesah
.
Tema : Hujan
Judul : Pencuri Kesah
Tuesday 23 February 2016
Monday 15 February 2016
I trush you
Tuesday 9 February 2016
LALU
Ia yang mengikat kaki ini, hingga lemas untuk melangkah
Ia yang membuat mata ini malu untuk melihat
Ia yang membuat dada ini sesak kala berjumpa
Ia yang membuat bibir ini ngilu dan lidah kelu hingga mengatup tertutup tak tercelah sedikitpun;
Wednesday 3 February 2016
Indah suaranya dikala adzan selalu membuatku hanyut dalam puja dan puji. Dialah Kang Ahmad, santri kesayangan Abah. Santri yang paling dekat dengan beliau, mungkin karena wibawa serta pengetahuannya sehingga Abah lebih memilih kang Ahmad untuk menggantikan beliau daripada santri lain. Dulu ketika Aku masih duduk dibangku 3 SMA, sering ku memintanya untuk mengajari soal-soal latihanku. Dan alhamdulillah Abah mengijinkan, terkadang dengan sikap manja, ku memintanya untuk menceritakan kisah-kisah tentang para tabiin, tabiat, wali, sufi dan lain sebagainya.
"Enggeh neng, tapi syaratnya selesaikan dulu soal-soal ini." Kalimat yang selalu Ia katakan. Kang Ahmad memang santri cerdas, Ia bahkan sudah sarjana diusianya yang masih 21 tahun . Berbeda dengan santri lain yang hanya fokus pada agama saja. Berbeda jauh dengannya. Kata beliau, "memang dunia hanya sementara, namun tempat singgah inilah, proses kita untuk kekal di akirat sana."
"Bukankah yang diperlukan sekarang ilmu agama kang? Kan kalau mati kita gak ditanya matimatikamu nilai berapa?" tanyaku polos.
"Yaps... Memang demikian, namun tuhan pun juga mengatur hubungan kita dengan manusia neng, bahkan dalam kitab taisirul kholaq dijelaskan secara rinci adab berteman, bertetangga. Jika kita tidak menguasai ilmu dunia bagaimana kita mampu menggandeng yang ada di dunia. Secara kita tau bahwa yang ada di sini, tidak hanya mereka yang tau tentang Islam saja. Agama apa yang menurut Neng paling benar?"
"Islamlah kang"
"Kalau menurut mereka yang berbeda agama bagaimana? Kan sama saja to, mereka mengira bahwa agama mereka yang paling benar. Padahal Islamlah agama pemungkas semua agama. Namun bagaimana kita bisa mengajaknya menjadi muslim kalau kita sendiri tak mampu merengkuh akal mereka."
"lalu..." selaku.
"Kuasai ilmu dek!"
Aku sangat suka dengan cara beliau menyampaikan sesuatu, tak pernah menggurui. Sesekali Kang Ahmad menyelipakan humor dan Aku pasti akan melongo kalau mendengar cerita tentang Gus Dur, Al Habib Syechan bin Mustofa Al Bahar, karena beliaulah seorang marbot mampu melihat masjidil haram serta wali jadzab lainnya. Namun itu dua tahun yang lalu. Setelah kelulusanku, Abah mengirimku ke pesantren tahfidz di Kudus. Tak pernah kudengar lagi bagaimana kabarnya. Di Kudus Aku hanya berkonsentrasi pada hafalnku hingga akirnya dua tahun mampu terlampaui dan alhamdulillah kholas. Masih kuingat janji Kang Ahmad ketika Ia membujukku untuk mau berangkat ke pondok. Mgemang aku awalnya tak mau, tapi karena perkataannya mampu mengobarkan semangatyku, akirnya kuputuskan untuk mengikuti perintah Abah.
"Neng ingat, janji Allah tentang mahkota surga untuk penghfal al quran?"
"Iya, tapi Aku tak mau ke kudus kang. Aku mau disini, bukankah nantinya aku bisa juga hafalan dengan jenengan kang?"
"Iya memang neng, namun disana lebih terjamin. Saya janji kalau neng sudah hafal 30 juz, akan ada hadiah kusus untuk jenengan. Berangkat ya!" rayunya.
"Tapi janji hadiahnya?" kataku dengan mengusap air mataku.
"Ia janji." Dua jari tengah dan telunjuk yang ditunjukan untuk menjadikan isyarat jika memang Ia akan memanuhinya.
"Kang ahmad!" Ku tatap wajahnya lekat, air mataku terasa mau tumpah.
Tuesday 2 February 2016
Indah suaranya dikala adzan selalu membuatku hanyut dalam kagum. Dialah Kang Ahmad, santri kesayangan Abah. Santri yang paling dekat dengan beliau, mungkin karena wibawa serta pengetahuannya sehingga Abah lebih memilih kang Ahmad untuk menggantikan beliau daripada santri lain. Dulu ketika Aku masih duduk dibangku 3 SMA, sering ku memintanya untuk mengajari soal-soal latihanku. Dan alhamdulillah Abah mengijinkannya, terkadang dengan sikap manja, ku memintanya untuk menceritakan kisah-kisah tentang para tabiin, tabiat, wali, sufi dan lain sebagainya.
"Enggeh neng, tapi syaratnya selesaikan dulu soal-soal ini." Kalimat yang selalu Ia katakan. Kang Ahmad memang santri cerdas, Ia bahkan sudah sarjana diusianya yang masih 21 tahun . Berbeda dengan santri lain yang hanya fokus pada agama saja. Namun dunia Ia tidak. Kata beliau, "memang dunia hanya sementara, namun tempat singgah inilah, proses kita untuk kekal di akirat sana."
"Bukankah yang diperlukan sekarang ilmu agama kang? Kan kalau mati kita gak ditanya matimatikamu nilai berapa?" tanyaku polos.
"Yaps... Memang demikian, namun tuhan pun juga mengatur hubungan kita dengan manusia neng, bahkan dalam kitab taisirul kholaq dijelaskan secara rinci adab berteman, bertetangga. Jika kita tidak menguasai ilmu dunia bagaimana kita mampu menggandeng yang ada di dunia. Secara kita tau bahwa yang ada di dunia ini, tidak hanya mereka yang tau tentang Islam saja. Agama apa yang menurut Neng paling benar?"
"Islamlah kang"
"Kalau menurut mereka yang berbeda agama bagaimana? Kan sama saja to, mereka mengira bahwa agama mereka yang paling benar. Padahal Islamlah agama pemungkas semua agama. Namun bagaimana kita bisa mengajaknya menjadi muslim kalau kita sendiri tak mampu merengkuh akal mereka."
"lalu..." selaku.
"Kuasai ilmu dek!"
Aku sangat suka dengan cara beliau menyampaikan sesuatu, tak pernah menggurui. Sesekali Kang Ahmad menyelipakan humor dan Aku pasti akan melongo kalau mendengar cerita tentang Gus Dur, Al Habib Syechan bin Mustofa Al Bahar, karena beliaulah seorang marbot mampu melihat masjidil haram serta wali jadzab lainnya. Namun itu dua tahun yang lalu. Setelah kelulusanku, Abah mengirimku ke pesantren tahfidz di Kudus. Tak pernah kudengar lagi bagaimana kabarnya. Di Kudus Aku hanya berkonsentrasi pada hafalnku hingga akirnya dua tahun mampu terlampaui dan alhamdulillah kholas. Masih kuingat janji Kang Ahmad ketika Ia membujukku untuk mau berangkat ke pondok. Memang aku awalnya tak mau, tapi karena perkataannya mampu mengobarkan semangatku, akirnya kuputuskan untuk mengikuti perintah Abah.
"Neng ingat, janji Allah tentang mahkota surga untuk penghfal al quran?"
"Iya, tapi Aku tak mau ke kudus kang. Aku mau disini, bukankah nantinya aku bisa juga hafalan dengan jenengan kang?"
"Iya memang neng, namun disana lebih terjamin. Saya janji kalau neng sudah hafal 30 juz, akan ada hadiah kusus untuk jenengan. Berangkat ya!" rayunya.
"Tapi janji hadiahnya?" kataku dengan mengusap air mataku.
"Ia janji." Dua jari tengah dan telunjuk yang ditunjukan untuk menjadikan isyarat jika memang Ia akan memanuhinya.
"Kang ahmad!" Ku tatap wajahnya lekat, air mataku terasa mau tumpah.
Satu
Aku tau nay, memang masalah menikah semua sudah ku pasrahkan pada Umi, tapi Kau taukan? Aku merasa canggung Nay, merasa gak pantas. Apalagi Beliau santri , hafidz yang baru lulus pesantren kemarin.”
Monday 1 February 2016
Jari
Aku sungguh rindu, sangat-sangat rindu...
Ia yang mampu berlenggak-lenggok dengan gesit kesana kemari dan selalu lupa bagaimana cara bernafas jika sudah berada diatas podium.
Friday 29 January 2016
Aku rindu Gusti!
Thursday 28 January 2016
Sunday 24 January 2016
Bosan
Hey!! Kau tau berapa mahal harga menunggu? Tak bisa terbayarkan tuan. Bagaimana bisa kau setega ini. Berapa banyak waktu yang ku korbankan untuk menunggu. Mungkin aku bisa sedikit sabar, tapi tidakkah kau tau pepatah jika sedikit demi sedikit menjadi bukit?