Sunday 29 May 2016

Aku tak cantik, layaknya mereka
Aku tak pandai, tak pula wanita dengan berjibun pengetahuan umum atau agama. Menyusun hijaiyah saja Aku masih mengeja. Jika kelak Kau temukan cacat pada diriku, kumohon ajari Aku untuk menutupinya. Jika kelak Kau temukan penyesalan karena ternyata Aku jauh dari yang Kau kira maka maafkan Aku. Jika kelak wanita yang Kau kira bernasab baik ini, ternyata jauh dari yang Kau kira, maka maafkan Aku.
Aku sungguh bukanlah mereka yang mampu melafalkan Al-Quran dengan fasih, yang mampu membaca kitab layaknya membaca sebuah buku biasa; lanyah.
Aku sungguh bukanlah layaknya mereka yang pandai pengetahuannya.
Aku sungguh bukanlah layaknya wanita yang mampu meracik makanan dengan lihai, hingga serasa belati sudah berjalan sendiri mengiris-ngiris sayuran itu.
Aku sungguh bukanlah layaknya mereka yang mampu memoles dirinya dengan sangat cantiknya.
Aku sungguh bukanlah layaknya mereka yang cantik Akhlaqnya Tuan.
Jika orang lain bahkan orang tuaku sendiri tak pernah menceritakan tentangku, mungkin karena tak ada baik yang mampu mereka ceritakan.
Terkadang Aku berfikir, benar-benar siapkah Kau menerima Aku ini?
Terkadang Aku berfikir mampukah Kau menerima Aku ini?
Tuan, kutuliskan ini dengan berurai air mata. Ku ingin Kau tau, bahwa Aku bukanlah wanita dengan kesempurnaan seperti mereka. Bahkan jika ditanya apa lebihku? Tidak ada.
Tuan, Ajari aku! Bimbing Aku. Mengerti apa yang tidak Aku mengerti terutama tentang agama.
Ajari Aku, menutup semua aibku, dan memenuhi apa inginmu.
Menjadi istri yang Kau inginkan, Ku yakin semua berharap pasangan mereka sempurna.
Sungguh Tuan, Aku menerimamu dengan modal bismillah. Aku hanya berharap menjadi istri yang Kau harapkan.
Aku yakin setiap wanita pasti berharap Ia menjadi istri layaknya ummu Khatijah, Fatimah atau Aisyah.
Aku hanya ingin dalam pintaku, kurasa sangat jauh jika ingin melangkah kesana.





Sunday 22 May 2016



Ada rasa, apa yang kita lakukan ini salah? Gusti, anda kita salah, lebur dosa Kami dimalam yang ijabah ini. Harapku kelak, Aku akan menjadi seorang istri yang berbahagia karena bisa berdiri satu shaf dibelakangmu. Istiqomah dengan kewajiban dan sunnah-sunnahNya. Doa diawal sebelum, bahkan hingga akan tiba saat dimana Enggkau mengambil beban ayah atasku cukuplah sederhana, RidhoNya, limpahan sakinah, mawaddah, warahmah darinya, keturunan yang sholih, sholihah serta istri yang bisa menjadi perhiasan dunia. Karena katanya, “sebaik-baiknya perhiasan adalah istri yang sholehah.”
Harapku, mampu menjadi istri yang memuaskan lahir batinmu, membahagiakanmu, tidak mengecewakanmu serta mampu menggandeng tanganmu kala susah maupun sedih. Bisa menjadi almadrosatul ula bagi anak-anak. Meski Aku sangat jauh jika Kau bandinkan dengan al Ummu khatijah, Aisyah atau Fatimah. Namun harapku, Ajari Aku hingga Aku mampu menjadi seperti yang Kau pinta.
Ajari Aku agama, karena Aku sungguh sangat fakir jika dibandingkan dengan yang lainnya.
Aku tak cantik, tak juga baik. Jauh jika dibandingkan dengan Kau yang sudah lama hidup diantara orang alim. Masih terbesit dalam benakku.
“Apa Aku pantas?”


15 sya'ban 

Saturday 14 May 2016

Tak ingin lama-lama bukan berarti Aku tergesa-gesa, hanya tak ingin setan menyela diantara Kita. Toh, perkara baik kenapa tak disegerakan. Maaf, Aku tak ingin berpacaran. Jika harus menunggu terlalu lama sama saja Kita berpacaran bukan? Status sudah di khitbah atau mengkhitbah sering kali membuat Kita merasa, “ Dia sudah milikku.”

Ketahuilah! Ini masanya Kita memperbaiki diri, mendekatkan dengan Gusti untuk bekal nanti. Setidaknya Gusti menyisakan sedikit waktu senggang untuk kita beribadah memantaskan diri, taqorrub illallah. Namun bukan berarti boleh lama.  

Semoga, segera. 

Thursday 12 May 2016

Kelak, pintaku... ,
Jadilah suami juga sahabatku yang tak lelah mendengar semua keluh manjaku.
Jadilah suami juga ibuku, yang menyedian telinga serta bahu untuk menyandarkan seluruh masalahku.
Jadilah suami serta kakakku, yang melindungi serta menyediakan tangan untuk mengusap tangis yang berderai di pipi.
Jadilah suami serta bajuku yang mampu menutup seluruh aibku.
Jadilah suami serta mata untuk menunjukan yang baik dan benar.

Namun,
Jangan jadikan Aku orang asing dalam kehidupanmu,
Jadikan Aku istri juga temanmu yang selalu Engkau curahkan keluh kesahmu.
Jadikan Aku istri juga penyemangatmu, menggandeng tanganku untuk menghadapi semuanya.
Jadikan Aku istri yang kau peluk ketika dinginnya kehidupan menyerang.
Ajari aku menjadi bajumu,
Ajari Aku untuk mengenalmu.

Terimakasih

Melati, tak bisakah Kau sampaikan rinduku?
hanya katakan saja padanya.
"Ku menanti kabar darinya."

Mungkin pagiku merindu pekatnya kopi, ampas yang biasa kusisakan ikut tertelan bersama keheningan.

Tak ingin jadi penuntut
Diam
menunduk
meminta

Cukup menaruh harap pada sang pemberi harap, tak lagi Kutanya, "aina anta?" 
Hanya, "Jaga Ia."




Pintaku tak muluk, hanya adakan Aku biar tak terasa maya. Keadaan ini membuatku bertanya, “Iakah Kita akan melangkah kesana?” tes apalagi yang kau berikan padaku. Menunggu itu lelah Abang, sungguh sangat melelahkan. Serasa hati dan pikiran berlari, apa Kau rasakan hal sama? Atau sebaliknya?

Sudah kujelaskan apa yang tidak Aku suka, namun Kau malah bertingkah demikian ini. Harus bagaimana Aku. Apa Kau tau, jika tangisku karenamu. Kau tau, ada yang menghantam tubuh ini ketika kubaca statusmu. Buliran air mata mengalir di taubatku, “Kenapa dengannya? Apa yang harus Aku perbuat Gusti? Maafkan Aku, jangan Kau kotori cintaku yang mulai tumbuh denganMu, hanya karena hambamu yang baru menyapaku sejenak saja.”

Siapa yang egois disini? Sungguh, tak bisakah Kau mengerti Aku wanita dengan perasaan yang mudah rapuh, Aku sungguh masih malu memulai. Seharusnya Kau tau itu? Sudah kukatakan, “tolong jelaskan, apa kurangku agar kutau apa maumu. Jangan kau diami Aku!”

Aku wanita abang, meski bibir kubuka lebar untuk tersenyum. Namun hatiku menjerit, “Aina anta?” tak merasakah Kau, tangisku dalam sujudku selalu meminta, “sampaikan rinduku padanya Gusti, Aku rapuh. Ku titipkan rinduku lewat Engkau. Satukan kami dalam naunganMu, tata niat kami. Bismillah taqorrub illahllah. Ingatkan kami kala kami lupa, istiqomahkan kami beribadah kepadaMu. Jadikan dhuha, tahajjud, siam, dzikir menjadi kebiasaan kami. Sebelum, hingga nanti bahkan sesudahnya sampai Kau sendiri yang menjemput Kami lewat malaikatmu. Ingatkan Dia, akan malam, siang dan paginya. Kelak, satukan Kami karenaMu.”


Tak semua doaku mampu kutulis, karena jariku sudah tak mampu menahan rindu bersua denganmu.

Saturday 7 May 2016

Akahkah kumulai bergelut dengan alam imaji lagi. Jika kau kata cinta itu sederhana, namun melangkah kesana sungguh berat rasanya. Aku serasa melayang, akankah Kita mampu? Semoga lalu tak menggaggu. Telah kusampaikan pesanku pada melati dan Kau membalasnya. “ Aku cinta dan sayang kepadamu lillah.” Jika Ia, mampukah Kau menerima semua kekuranganku, kenaifanku, kegilaanku kala dulu.

Gusti, dulu Aku kembali karenaMu sekarang bantu Aku. Dia datang juga karenaMu. Bismillah, niat taqorrub kepadamu. 

Friday 6 May 2016

Gusti, pertemuan Kami adalah karenaMu, semua kuasaMUlah yang mampu menyatukan Kami.Jika lalu masih mengganggu, siapa lagi yang mampu membantuku selain Engkau Gusti? Kulo niki sinten? Gusti, mpun kulo pasrahaken sedoyo teng jenengan. Bismillah, tata niat hamba. Dia yang mendekatkan hamba denganMu, jangan sampai Engkau buat hamba ini menjadi seseorang yang membuatnya kecewa kelak. Gusti, Tunjukan jalanmu. Apa paitnya lalu bisa pergi saja. Aku sungguh mulai ingin taqorrub denganMu. Jadikan ini jembatan jangan ada hambatan. 

Saturday 30 April 2016

“Sampyan kagungan Gusti Allah, sambat datang Gusti Allah.”

Terimakasih Gusti, Kau hadirkan Ia untuk mengingatkanku akan Kuasamu. Terimakasih Kau kabulkan doaku ingin bersanding dengan orang yang senantiasa mampu menambah cintaku kepadaMu. Tata niat kami hingga menuju kesana, ijinkan Kami semakin cinta dan sayang kepadaMu. Ijinkan pertemuan kami menjadi jalan untuk Taqorrub kepadamu. Persatukan kami, jadikan kami golongan yang senantiasa mengagungkan namaMu, tak melupakan kewajiban dan sunnah-sunnahMu. Jadikan Al-Quran, hadist, ijma dan qiyas sebagai pedoman kami dalam melangkah. Jadikan dhuha, tahajjud dan siam kebiasaan kami kelak ketika berumah tangga. Allahummaj alna min ahli qiyam, wassiam wal quran. Aamiin. 

Sunday 10 April 2016

CINTA SESUNGGUHNYA

Puisi ini merupakan puisi yang sedang saya ikutkan dalam event "CIPTA PUISI NASIONAL: HIJRAH KE JALAN-MU "Bersama Nahima Indie Press. 
info lebih lanjut, silahkan klik disini

CINTA SESUNGGUHNYA
Fitri Andriana

Kelam menyelam
menjelma malam menelan
Ia menari girang menarik kaki jatuh ke jurang

Lampau
Itu dulu, kala Aku tak mengerti jika terang lebih nyaman
itu lalu, ketika senang menjelma sesaat
Sesal; pasti

Tuhan,
Jahiliyahku kembali Engkau renggut
Hitamku lenyap
Masaku tertabur bunga karena cinta
Malamku penuh sukur tak terduga

Kini Aku tau
Engkaulah Cinta sesungguhnya


Kediri, 10 April 2016



Monday 4 April 2016

Kau tau, aku lebih suka bersembunyi dibalik rerumputan ini dan membiarkan tiada yang tau tetesan darah yang mengalir karena tancapan duri yang kuinjak. Biarkan kusembunyikan semua tanpa satu pun yang bertanya, “kau kenapa?” biarkan mereka merekam rekah bukan kuncup atau layuku.
Aku tau, jika aku tak setegar Fatimah azzahra atau bahkan sekokoh pendirian addawiyah. Aku hanya berharap Allah akan terus membantu menjadikan pribadi layaknya mereka.
Iya, memang benar tak ada pohon yang mampu berdiri kokoh. Angin mungkin menghempasnya. Namun, Aku tak ingin menjadi pohon atau angin pun aku tak tau ingin menjadi apa. Apakah inginku cita-cita atau entahlah.



Kediri, 7 Maret 2016

Wednesday 30 March 2016

Jika memang jodoh Tuhan, pertemukan kami dalam mahligai suci. Bismillah, semua karenaMu. Tata niat kami agar jika takdir berkata lain tidak akan ada penyesalan karena cinta kami padamu. Tuntun kami Tuhan, bawa hati kami setia pada cintamu. Semua harapku ada di tanganmu tuhan. Aku tak tau kepada siapa kutaruh harapku selain kepadamu. Hamba yakin dan percaya, Kau akan memberikan kami lebih dari yg kami pinta.
Tuhan, sampaikan ini untuknya. Aku menginginkannya, namun tak bisa dipungkiri bahwa laluku sungguh menjijikan untuk dipandang. Tapi Aku tau, ia datang karenamu dan panggilan taubatku. Kupasrahkan semua, berhrap yg terbaik untuk kami. Keputusan memang ditangan kami, namun penentunya adalah engkau. Jika kami tersangka maka engkau hakimnya.

Tuhan sampaikan padanya, dengan rupaku yg tak sempurna, agamaku yg masih jauh darinya, harta yg tidak ada apanya, Ku mohon bantu sempurnakan Aku.

Tuesday 29 March 2016

Ada sesuatu yang semakin memantapkan hatiku. Ketika kudengar semuanya, yang menarik adalah tentang pangabdianmu serta bagaimana gus kecil yg membawa hatimu mendekatiku.
"Janjinya tidak akan menikah sampai gus kecil besar mbak, dan heranya gus kecil juga mulai mendekati smpyan mulai setelah kami umrah. Iya to?" Aku hanya mengangguk.
"Mungkin karena hatinya, membawa gus kecil mendekatimu."

Lagi-lagi...
entahlah!

Kan kuceritakan padamu Sahabat, tentang kabar bahagia yg sungguh bisa membuatku kembali bersimpuh dengan tangis dimalamku. Kukabarkan padamu sahabat, tentang sukur yg lama mati telah terlahir kembali. Semua karena nikmatnya. Semoga Tuhan membantuku menahan nafsu hingga kepastian itu tiba. Membimbing sampai faham hadir, meluruskan jika bengkok terasa, menuntun jika buta menyapa, menggiring sampai ke tujuan yg dicita-citakan. Aamiin

Bunga mulai bermekaran mengisi hampa penantian. Ia datang, sungguh bagi kalian yang tidak percaya, Ia datang karena do'a. Allah yang membawanya. Kalian tau bagaimana Aku dulu, bagaimana perjalananku hingga kutetapkan untuk bersimpuh kepadaNya, kupasrahkan semua dan hanya percaya pada doa. Kini Ia datang, dan Tuhan yang membawanya.
Dia yang selalu kupinta dalam doa.

Monday 28 March 2016

Malam ini, kabar bahagia yang datang membuatku larut dalam tangis haru. Kusimpuhkan diriku, kutarik napas menghayati setiap ayat yg kubaca. Dengan tersedu-sedu disela taubat, tasbih dan hajat, ku memohon ampunan atau semua dosaku. Gusti, jenengan bahkan memberikan yang kupinta tapi Aku? Aku terlalu lalai. Lupa malam. Lupa semua kewajiban. Tapi kau mendengar doaku. Dia benar-benar karenamu. Jika bukan karena gusti terus siapa lagi? Kita bahkan bersua hanya bisa dihitung saja. Bercakap dua atau tiga. Namun? Alhamdulillah, terimakasih Tuhan. Kini Aku semakin percaya bahwa ada cinta dalam doa. Percaya  membawa Ia datang.

Tuan, Kau sungguh masih asing bagiku. Ajari aku.

Gusti, kenapa terasa sangat canggung? Whats wrong with me? Senang, namun ada sesuatu yang masih mengganjal. Iyakah? Benarkah? Mungkin jika ada kepastian akan hilang rasa ini.
Namun, apa yg bisa aku bawa untuk menuju kesana. Jenengan tau, hambamu ini hamba manja, modal saya berangkat hanya bismillah dan niat menyempurnakan agama. Siapa yang tau Ia dan bagaimana Ia kalau bukan engkau Gusti. Jika memang semua ini kehendakmu beri kelancaran, mudahkan semuanya. Bimbing hamba menjadi wanita layaknya Ummu aisyah atau Fatimah. Sungguh, jika Ia harus seperti apa dan bagaimana? Tunjukan Gusti.

Sembari menunggu, ijinkan hamba meluapkan sukur. Memperbaiki diri. Istiqomahkan dan beri kekuatan hingga kepastian dan hari itu datang.

Ngk, 28 Maret

Sunday 27 March 2016

Gusti, aku tak mengerti haruskah senang atau seperti apa? Sungguh aku tak percaya, engkau bahkan mengabulkan permintaanku yang tersirat itu.
Aku menyesal karena tidak mau menunggu, Aku menyesal karena lama melalaikanmu.
Igfirli gusti,, igfirli... seperti ada sesuatu yg menghajarku kali ini.
Semoga menjadi awal yg baik.

Wednesday 16 March 2016

Sometimes, I feel something deference. Like fly in the air and there is nothing. If you can look in this heart, you will found someone who has stay but he only  stand. Do you know, that I hope he can look me, take my hand and run together to another place.
Can you look me, like other? I miss you, when your eyes give something signal. I miss you when you call me  and say that you love me. I miss you when you send me message and say that you want to know me more than before.
Where are you?

Sure,  I need you…

Wednesday 2 March 2016

Pagi ini semua semangat seperti terhempas. Entahlah! Kenapa dan harus bagaimana?
Hey!! Kau tau berapa mahal harga menunggu? Tak bisa terbayarkan tuan. Bagaimana bisa kau setega ini. Berapa banyak waktu yang ku korbankan untuk menunggu. Mungkin aku bisa sedikit sabar, tapi tidakkah kau tau pepatah jika sedikit demi sedikit menjadi bukit?
Sudahlah fitri! Jika semua karena Allah kau pasti tak seperti ini.
Kdr, 24 jan 16

Pencuri Kesah

#Koridor Puisi
.
Tema : Hujan
Judul : Pencuri Kesah
Karya : Fitri Andriana


Tik…Tik… Tik…
Selip air lewat celah nurani
membasahi hati yang sepi
Ia melonglong seorang diri
meratapi rintik karunia Ilahi

Hatiku bergetar
menggerakkan jemari menari
mengotori kertas suci yang  pasrah akan Tuan
  
Kuharap hujan adalah cadar
penghalang mata penjilat menerawang
Kupinta hujan untuk diam
menyembunyikan sesal dalam kelam
Kutatap hujan tajam
agar Ia membawa hanyut hati yang temaram
Kumohon hujan adalah hijab
penghalang redup yang datang

Hujan adalah teman
Pelatih jari berlari, hingga keringat mengucur diatas imaji
Penjinjing koper duniawi yang tak berarti
Pencuri kesah yang mengurung diri


Kediri, 02 Maret 2016



Tuesday 23 February 2016

Jika pekat menempel, gemuruh akan terus mengguncang hingga nurani membuncah. Penuh, riuh. Entah kelam atau karam.
Namun anehnya, jika Ia merasa sesak, cipratannya menumbuhkan  bunga di ujung jari. Indah.
Kdr, 22 feb'16

Monday 15 February 2016

I trush you

Jika kau berada di taman, akan ada beragam bunga disana. Tak bisa dipungkiri, disinilah kita. Di tempat dengan beraneka corak, rasa, warna serta bau. Satu bunga mekar jika Ia terkena sinar mentari dan satu lagi tersenyum bila menyapa senja. Namun, Kau tau? Disana juga ada Dia, yang berdiri serta tetap tersenyum tanpa menghiraukan badai, panas pun hujan.

Tersenyumlah kawan, make your live happy!
Jangan sampai Kau ikut layu hanya karena kerikil kecil yang mengganjal di hatimu. 
I trush you.


Kdr, 15-02-2016

Tuesday 9 February 2016

LALU

Ia yang membuat tangan ini enggan menjabat
Ia yang mengikat kaki ini, hingga lemas untuk melangkah
Ia yang membuat mata ini malu untuk melihat
Ia yang membuat dada ini sesak kala berjumpa
Ia yang membuat bibir ini ngilu dan lidah kelu hingga mengatup tertutup tak tercelah sedikitpun;
LALU
Kdr, 9 feb'16

Wednesday 3 February 2016

Aku mengingatnya, ketika Ia duduk dengan termangu di bawah gubuk penjara suci itu. Tampak mulutnya komat-kamit, entah mantra apa yang diucapkan. Dari kejauhan mataku tak mampu berkedip, terus memandangnya. Hidung itu, layaknya Fatih Seferagic. Mancung. Matanya Indah, mulut kecil yang manis serta songkok putih yang bercahaya. Tubuhnya nampak bersinar, mungkin karena pancaran wudhu yang selalu Ia jaga. Aku mengaguminya. 
Indah suaranya dikala adzan selalu membuatku hanyut dalam puja dan puji. Dialah Kang Ahmad, santri kesayangan Abah. Santri yang paling dekat dengan beliau, mungkin karena wibawa serta pengetahuannya sehingga Abah lebih memilih kang Ahmad untuk menggantikan   beliau daripada santri lain. Dulu ketika Aku masih duduk dibangku 3 SMA, sering ku memintanya untuk mengajari soal-soal latihanku. Dan alhamdulillah Abah mengijinkan, terkadang dengan sikap manja, ku memintanya untuk menceritakan kisah-kisah tentang para tabiin, tabiat, wali, sufi dan lain sebagainya. 
"Enggeh neng, tapi syaratnya selesaikan dulu soal-soal ini." Kalimat yang selalu Ia katakan. Kang Ahmad memang santri cerdas, Ia bahkan sudah sarjana diusianya yang masih 21 tahun . Berbeda dengan santri lain yang hanya fokus pada agama saja. Berbeda jauh  dengannya.  Kata beliau, "memang dunia hanya sementara, namun tempat singgah inilah, proses kita untuk kekal di akirat sana."
"Bukankah yang diperlukan sekarang ilmu agama kang? Kan kalau mati kita gak ditanya matimatikamu nilai berapa?" tanyaku polos. 
"Yaps... Memang demikian, namun tuhan pun juga mengatur hubungan kita dengan manusia neng, bahkan dalam kitab taisirul kholaq dijelaskan secara rinci adab berteman, bertetangga. Jika kita  tidak menguasai ilmu dunia bagaimana kita mampu menggandeng yang ada di dunia. Secara kita tau bahwa yang ada di sini, tidak hanya mereka yang tau tentang Islam saja. Agama apa yang menurut Neng paling benar?"
"Islamlah kang"
"Kalau menurut mereka yang berbeda agama bagaimana? Kan sama saja to, mereka mengira bahwa agama mereka yang paling benar. Padahal Islamlah agama pemungkas semua agama. Namun bagaimana kita bisa mengajaknya menjadi muslim kalau kita sendiri tak mampu merengkuh akal mereka."
"lalu..." selaku.
"Kuasai ilmu dek!" 
Aku sangat suka dengan cara beliau menyampaikan sesuatu, tak pernah menggurui. Sesekali Kang Ahmad menyelipakan humor dan Aku pasti akan melongo kalau mendengar cerita tentang Gus Dur, Al Habib Syechan bin Mustofa Al Bahar, karena beliaulah seorang marbot mampu melihat masjidil haram serta wali jadzab lainnya. Namun itu dua tahun yang lalu. Setelah kelulusanku, Abah mengirimku ke pesantren tahfidz di Kudus. Tak pernah kudengar lagi bagaimana kabarnya. Di Kudus Aku hanya berkonsentrasi pada hafalnku hingga akirnya dua tahun mampu terlampaui dan alhamdulillah kholas. Masih kuingat janji Kang Ahmad ketika Ia membujukku untuk mau berangkat ke pondok. Mgemang aku awalnya tak mau, tapi karena perkataannya mampu mengobarkan semangatyku, akirnya kuputuskan untuk mengikuti perintah Abah.
"Neng ingat, janji Allah tentang mahkota surga untuk penghfal al quran?"
"Iya, tapi Aku tak mau ke kudus kang. Aku mau disini, bukankah nantinya aku bisa juga hafalan dengan jenengan kang?"
"Iya memang neng, namun disana lebih terjamin. Saya janji kalau neng sudah hafal 30 juz, akan ada hadiah kusus untuk jenengan. Berangkat ya!" rayunya.
"Tapi janji hadiahnya?" kataku dengan mengusap air mataku.
"Ia janji." Dua jari tengah dan telunjuk yang ditunjukan untuk menjadikan isyarat jika memang Ia akan memanuhinya.
Kini Aku termenung mengingatnya, mungkin Kang Ahmad lupa dengan janjinya atau mungkin Ia belum tau kedatanganku. Entahlah.
"Asslamualaikum. Kok melamun neng?" kotak kubus terbungkus kertas bunga-bunga berwarna pink disodorkan di depanku. Ku alihkan pandanganku ke wajahnya,
"Kang ahmad!" Ku tatap wajahnya lekat, air mataku terasa mau tumpah.
“Bukankah tadi jenengan disana?” Lanjutku.
“Masyaallah, bahkan jenengan tidak tau Aku berpindah dari tempatku? “ terima dulu ini neng, selamat untuk hafalannya.”
"Ana mengira kang ahmad lupa," kataku sambil mengocok kado trsbt. 
"Apa ini kang? Boleh langsung dibuka?" Tanyaku melanjutkan.




Bersmbung#

Tuesday 2 February 2016

Aku mengingatnya, ketika Ia duduk dengan termangu di bawah gubuk penjara suci itu. Tampak mulutnya komat-kamit, entah mantra apa yang diucapkan. Dari kejauhan mataku tak mampu berkedip, terus memandangnya. Hidung itu, layaknya Fatih Seferagic. Mancung. Matanya Indah, mulut kecil yang manis serta songkok putih yang bercahaya. Tubuhnya nampak bersinar, mungkin pancaran wudhu yang selalu Ia jaga. Aku mengaguminya. 
Indah suaranya dikala adzan selalu membuatku hanyut dalam kagum. Dialah Kang Ahmad, santri kesayangan Abah. Santri yang paling dekat dengan beliau, mungkin karena wibawa serta pengetahuannya sehingga Abah lebih memilih kang Ahmad untuk menggantikan   beliau daripada santri lain. Dulu ketika Aku masih duduk dibangku 3 SMA, sering ku memintanya untuk mengajari soal-soal latihanku. Dan alhamdulillah Abah mengijinkannya, terkadang dengan sikap manja, ku memintanya untuk menceritakan kisah-kisah tentang para tabiin, tabiat, wali, sufi dan lain sebagainya. 
"Enggeh neng, tapi syaratnya selesaikan dulu soal-soal ini." Kalimat yang selalu Ia katakan. Kang Ahmad memang santri cerdas, Ia bahkan sudah sarjana diusianya yang masih 21 tahun . Berbeda dengan santri lain yang hanya fokus pada agama saja. Namun dunia Ia tidak. Kata beliau, "memang dunia hanya sementara, namun tempat singgah inilah, proses kita untuk kekal di akirat sana."
"Bukankah yang diperlukan sekarang ilmu agama kang? Kan kalau mati kita gak ditanya matimatikamu nilai berapa?" tanyaku polos. 
"Yaps... Memang demikian, namun tuhan pun juga mengatur hubungan kita dengan manusia neng, bahkan dalam kitab taisirul kholaq dijelaskan secara rinci adab berteman, bertetangga. Jika kita  tidak menguasai ilmu dunia bagaimana kita mampu menggandeng yang ada di dunia. Secara kita tau bahwa yang ada di dunia ini, tidak hanya mereka yang tau tentang Islam saja. Agama apa yang menurut Neng paling benar?"
"Islamlah kang"
"Kalau menurut mereka yang berbeda agama bagaimana? Kan sama saja to, mereka mengira bahwa agama mereka yang paling benar. Padahal Islamlah agama pemungkas semua agama. Namun bagaimana kita bisa mengajaknya menjadi muslim kalau kita sendiri tak mampu merengkuh akal mereka."
"lalu..." selaku.
"Kuasai ilmu dek!" 
Aku sangat suka dengan cara beliau menyampaikan sesuatu, tak pernah menggurui. Sesekali Kang Ahmad menyelipakan humor dan Aku pasti akan melongo kalau mendengar cerita tentang Gus Dur, Al Habib Syechan bin Mustofa Al Bahar, karena beliaulah seorang marbot mampu melihat masjidil haram serta wali jadzab lainnya. Namun itu dua tahun yang lalu. Setelah kelulusanku, Abah mengirimku ke pesantren tahfidz di Kudus. Tak pernah kudengar lagi bagaimana kabarnya. Di Kudus Aku hanya berkonsentrasi pada hafalnku hingga akirnya dua tahun mampu terlampaui dan alhamdulillah kholas. Masih kuingat janji Kang Ahmad ketika Ia membujukku untuk mau berangkat ke pondok. Memang aku awalnya tak mau, tapi karena perkataannya mampu mengobarkan semangatku, akirnya kuputuskan untuk mengikuti perintah Abah.
"Neng ingat, janji Allah tentang mahkota surga untuk penghfal al quran?"
"Iya, tapi Aku tak mau ke kudus kang. Aku mau disini, bukankah nantinya aku bisa juga hafalan dengan jenengan kang?"
"Iya memang neng, namun disana lebih terjamin. Saya janji kalau neng sudah hafal 30 juz, akan ada hadiah kusus untuk jenengan. Berangkat ya!" rayunya.
"Tapi janji hadiahnya?" kataku dengan mengusap air mataku.
"Ia janji." Dua jari tengah dan telunjuk yang ditunjukan untuk menjadikan isyarat jika memang Ia akan memanuhinya.
Kini Aku termenung mengingatnya, mungkin Kang Ahmad lupa dengan janjinya atau mungkin Ia belum tau kedatanganku. Entahlah.
"Asslamualaikum. Kok melamun neng?" kotak kubus terbungkus kertas bunga-bunga berwarna pink disodorkan di depanku. Ku alihkan pandanganku ke wajahnya,
"Kang ahmad!" Ku tatap wajahnya lekat, air mataku terasa mau tumpah.
“Bukankah tadi jenengan disana?” Lanjutku.
“Masyaallah, bahkan jenengan tidak tau Aku berpindah dari tempatku? “ terima dulu ini neng, selamat untuk hafalannya.”



Bersmbung#

Satu

"Mana mungkin to nay, Dia mau sama aku, "
Aku tau nay, memang masalah menikah semua sudah ku pasrahkan pada Umi, tapi Kau taukan? Aku merasa canggung Nay, merasa gak pantas. Apalagi Beliau santri , hafidz yang baru lulus pesantren kemarin.”
“Lah, katanya pasrah kok masih ngomeng to Hilya?” Sela Nadia.
“Bukan maksudku demikian, Kau tau Nad bagaimana masalalukukan? Aku malu Nad.”
Andai mampu kuputar waktu ingin Aku kembali ke masalalu, merubah semua jahiliyah. Entahlah! Bahkan Aku sudah tak mampu mengingatnya. Gelap. Setelah Nadia teman lamaku mampu membawaku kembali, mengenalkan rahmat yang lama kulupakan, Aku mulai belajar mengulang semua kajian dulu dipesantren. Dia juga yang memberitahuku bahwa ada mahkota indah yang mampu kuserahkan pada Umi dan Abi yaitu dengan hafalan Al-Quran. Alhamdulillah dalam jangka waktu satu tahun, Aku sudah mampu menghafal 30 juz. Semua Karena tekad dan karunia Allah yang memberiku kemampuan mengingat lebih daripada lainnya. Umurku sudah 23 Tahun dan Umi menginginkan Aku segera menikah, agar terhindar fitnah kata beliau. Pertama Umi memintaku untuk memilih sendiri, tapi Aku sendiri bingung harus memilih siapa. Setelah proses hijrah ini, Aku bahkan sudah tak pernah lagi bertegur sapa dengan lelaki manapun kecuali saudaraku. Alhasil, kupasrahkan semua kepada Umi dan Abi. Aku percaya pada pilihan mereka, toh selera Abi sama denganku. Hingga akirnya mereka mengenalkanku dengan Ahmad, anak rekan Abi yang baru lulus dari pesantren.
“Tenang saja! Jika memang beliau benar-benar santri pasti akan melihat Hilya yang sekarang bukan yang dulu.”


Semoga saja demikian, Aku sungguh merasa malu pada diriku sendiri. Robby, fabiaayi alaa irobbikima tukaddiban, nikmat mana lagi yang bisa aku dustakan. Mampu berhijrah saja sudah menjadi nikmat terindah dalam hidupku, tak berhenti disitu, Engkau bahkan memberiku kesenpatan untuk menjdi seorang penghFal al-quran. Kini kau tambah lagi nikmatmu kepadaku dengan mendatangkan Ia. Namun, bagaimana kang Ahmad, Apa Dia mampu menerima masalaluku? Apa dia berkenan berpasangan dengan seseorang yang seperti ini? Apa dia tidak akan malu denganku yang hina ini. 
"Duh, gusti! Kenapa denganku?" 
Ku ambil mushaf diatas meja, satu persatu ayat mulai kubaca. Semakin aku menyelam, bayangan masalalu semakin nampak jelas didepnku. Buliran air mata menetes diatas kalamnya. 
"Maafkan aku Robby, pantaskan air mata ini mengalir diatas firmanmu yang suci?" igfirly robby, igfirly."



Monday 1 February 2016

Jari

Kenapa malah semakin menumpul? 
Apa pena di ujung jariku sudah mengering? Bahkan Ia sudah tak seindah dulu ketika menari di atas keyboard. Kemana Ia? Bagaimana cara untuk mengembalikannya?
Aku sungguh rindu, sangat-sangat rindu... 

Ia yang mampu berlenggak-lenggok dengan gesit kesana kemari dan selalu lupa bagaimana cara bernafas jika sudah berada diatas podium.
Ia sudah seperti halnya kekasihku, ya..., kekasih sekaligus rekan yang akan menampung semua keluh kesahku dalam tariannya. Ia akan membawanya dan mulai melenggokkan tubuhnya diatas alas hitam lalu Ia keluarkan tariannya dengan irama hentakan yang indah.
Kemarilah, gundukan resah sudah menunggu kau gali. Aku sungguh rela jika Kau yang membawanya pergi.
JARI
Kdr, 01 feb 16

Friday 29 January 2016

Aku rindu Gusti!

Ya Allah, kumpulkan aku bersama orang-orang yang senantiasa mengagunggkan namamu.
Ya Allah, ijinkan aku ikut mewangi seperti halnya mereka yang membawa parfummu.
Bolehkan aku iri ya Allah?
Aku iri, dengan mereka yang senantiasa mampu mendengungkan indahnya kalammu.
Aku iri, dengan mereka yang tak membuang waktunya sia-sia layaknya aku ini ya Allah.
Aku iri, dengan mereka yang mampu menjaga akhlak.
Aku iri, dengan mereka yang tak pernah mengeluh dengan semua masalah dunia yang memang hanya semu ini.
Aku iri, dengan mereka, anak-anak kecil yang mampu melafalkan kalammu diluar kepala.
Jauh berbeda denganku. Aku bisa apa? Aku mampu apa? Aku punya apa?

Jika masih Kau ijinkan aku bertemu dengan sempat, seret aku ke golongan mereka Gusti!
Golongan orang yang senantiasa menjaga iman, islam dan ikhsannya.

Aku rindu Gusti, aku ingin kembali

Thursday 28 January 2016

Lenyap

Aku mulai terhempas dari alam imaji
Ia menghilang
Sajakku melayang
Jariku kaku
Bibirku ngilu

Lenyap




Kdr, 26 Jan 2016

Sunday 24 January 2016

Bosan

Pagi ini semua semangat seperti terhempas. Entahlah! Kenapa dan harus bagaimana?
Hey!! Kau tau berapa mahal harga menunggu? Tak bisa terbayarkan tuan. Bagaimana bisa kau setega ini. Berapa banyak waktu yang ku korbankan untuk menunggu. Mungkin aku bisa sedikit sabar, tapi tidakkah kau tau pepatah jika sedikit demi sedikit menjadi bukit?
Sudahlah fitri! Jika semua karena Allah kau pasti tak seperti ini.
Kdr, 24 jan 16
 
AZ-ZHAFIROH Blogger Template by Ipietoon Blogger Template