Sunday 12 July 2020

Aku benci menangis dalam diam.. aku benci dengan semua harapan yang hanya semu belaka. Aku benci dengan semuanya... Aku sungguh menyesal berharap lebih dengan manusia. Aku sungguh menyesalkan cintaku yang terlalu besar hingga membuatku terlalu larut. Terlalu sakit jika sedikit saja tersakiti... 

Terkadang banyak hal sepele  yg dilupakan untuk membuat orang lain bahagia. Masalah dalam rumah tangga bukan lagi hal yang langka, semua pasti merasakannya. Namun, ketika ego yg didahulukan bukan harmonis yg didapat tp malah sebaliknya. Apa salahnya menyisakan sedikit waktu untuk mendengarkan pasangan, untuk saling mengoreksi dan melengkapi satu dengan yg lain. Ada yang perlu menyiram air ketika api mulai menyala. Harmonis itu diciptakan bukan timbul dengan sendiri ketika keduanya acuh dan mengandalkan ego masing-masing. Ketika ia terlihat murung coba peluk ia dan tanyakan, "ada apa?" Bukan malah berasumsi sendiri. 

Sunday 28 June 2020

Kali ini Aku ingin menangis menghabiskan seluruh air mata, agar tak tersisa lagi. Entahlah! Entahlah! Entahlah! 
Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya, Aku lelah dengan semuanya, Aku bosan! Sungguh Aku ingin kali ini Kita duduk bersama, saling menjelaskan, saling menguatkan bukan malah menjauh. Aku sungguh berharap semua dirundingkan. Aku lelah. 

Tuesday 23 June 2020

Entahlah! kadang Aku berfikir, apakah lantunan yang dibelakang Sana lebih merdu? atau cahayanya sangat terang? hingga Aku merasa Engkau masih saja menatapnya. Masih saja terasa sakit jika mengingat semua, sanggupkah Aku percaya? Air mata ini tetap saja mengalir, jika sepi menghampiri. Entah sampai kapan? 
Tuan, serasa semua lagu yang Kau putar seperti menggambarkan hatimu yang sangat ini bertemu dengannya, yang sangat merindukannya. Seperti hanya sedikit ruang yang terbuka untuk ku, atau Bahkan Tak Ada?? 
Jika memang iya, Aku mohon tetaplah seperti ini Karena Aku sungguh mencintai Dan menyayangimu. 

Wednesday 15 April 2020

Miris sungguh sangat miris negeriku, 
Kuharap semua segera usai agar tak ada lagi sandiwara disana. 
Sebenarnya Aku tak perduli dengan apa yang mereka perbuat, tapi dilain sisi hati merasa sangat teriris jika menengok mereka yang seharusnya bekerja terpaksa menganggur karena yang terjadi kali ini. 
Sungguh tak bisa kubayangkan jika ramadhan kali ini semuanya tidak segera usai. 
Tak ada tarawih, tak ada sholat idul fitri.
Kau tau kebiasaan di desa kami, yang hanya ada ketika Romadhan tiba? Kebiasaan yang sangat Kami rindukan.
Sendau gurau bersama menanti adzan magrib berkumandang, ya... ngabuburit orang menyebutnya. 
Seruan puji-pujian menanti berkumpulnya orang-orang untuk jamaah tarawih, biasanya kami melafalkan niat puasa dengan nada,  sembari mengajarkan anak-anak agar mereka bisa. 
Gema ayat-ayat suci Al-Qur'an dari setiap surau, dilantunkan dengan bergantian. 
Dan Kau tau, ketika sahur tiba berbagai kreatifitas mereka keluarkan, keliling dari rumah ke rumah agar tidak ada yang terlupa untuk bersahur. Dilain sisi, dari masjid pasti terdengar sangat keras , "Sahur... sahur... sahur.." setiap berapa menit takmir masjid berseru mengingatkan waktu imsak.

Friday 13 March 2020

Entah darimana mampu kuperoleh sabar, jika bukan hati yang menguatkan sendiri. Rasanya seperti ditampar, apakah Aku seperti itu? Bukankah hal normal jika Aku berkata ingin ini, ingin itu... sudahlah! Kau mampu nantinya, sabaar...

Wednesday 26 February 2020

Kau tau?? 
Seorang istri akan mampu bertahan menemani lelaki walau Ia berada pada titik terbawahnya. Entah itu ekonomi atau yang lainnya. Tp seorang istri tidak akan mampu bertahan ketika Ia tau ada wanita lain dihati suaminya. Allah sungguh maha adil, menunjukan segala sesuatu yang memang bathil menurutnya. Mau disembunyikan diarea yang sangat tersembunyi pun, ketika Allah menakdirkan ditunjukkan tetap ditunjukan. Malam itu, tepat pukul 03.30, Aku terbangun hendak bersahur dan sholat tahajud. Ku tengok Hp suamiku, Aku memang terbiasa melihat semua chatnya, karena memang Ia bukan orang yang terbuka, menurutku hal wajar jika Aku ingin tau apa pun yang sudah Ia bincangkan dengan temannya. Jemariku tiba2 terus mengarah kebawah, hingga kutemukan satu pesan diarsipkan. "Mbak C"  tertera jelas nama dikontaknya. Aku semakin penasaran, kubuka pesan tersebut. 
Air mataku meleleh, terasa sesak rasanya. Aku semakin terisak, ketika membaca pesan yang ada didalamnya, 
"Perasaan ke sampean masih sama seperti dahulu mbak, cuma Aku kurang terima dengan takdir yang tidak adil." 
Dan yang membuat Aku semakin jengkel adalah balasan genit dari si perempuan tersebut. Bodohnya, Aku juga tau jika itu mantannya. Kuambil air wudlu, kemudian sholat. Kau tau? Air mataku sungguh tidak bisa berhenti menetes, rasanya sungguh benar-benar sakit. Ku kuatkan diriku agar tak menunjukan sedih pada anakku. Munajat kupanjatkan, Aku percaya malam ini, malam 1 rajab, malam mustajab. Dengan terisak, tak banyak yang ku minta malam itu, 
"Ya allah, tenangkan hati hamba.. tenangkan hati hamba... tenangkan hati hamba..." 
Hanya doa itu yang kupanjatkan, Aku tidak ingin memperlihatkan air mataku di depan semua. Semua karenaMu, jika bukan karenaMu tak mungkin Aku mampu mengetaui semuanya. Hariku hanya diam selepas itu, pikiran masih sangat kalut, Aku pasrah. Aku pasrah. Aku sungguh pasrah. Serasa lelah, sedangkan yang berbuat salah sama sekali tidak menyadari Ia salah. Ya Allah, ujian apa lagi ini. Aku mungkin bisa bertahan, walau dengan cacian mertua. Aku bisa bersabar dengan kondisi ekonomi yang memang sedang diuji, tapi apa mungkin Aku bisa bertahan jika suamiku mengatakan sayang dengan perempuan lain? Apa Aku hanya pelampiasan saja? Apa Aku tak dianggap ada? Apa Aku hanya Kau anggap istri, namun tak berhak atas hati? 
Aku sungguh tak mengira, ternyata Kau tidak sebaik yang kukira. Aku sungguh memujamu, Ku kira Kau orang yang baik berbeda dengan yang lain. Ku kira Kau orang yang benar-benar menghargai istrimu. Tapi ternyata.... 
Kau tau, bahkan Aku sangat membatasi diriku berkomunikasi dengan lawan jenis walau itu hanya sebatas chat. Karena Aku ingin menjaga rumah tangga kita, Aku ingin tetap harmonis. 
Hingga suatu malam, ku lampiaskan semuanya. Jengkelku, Dia hanya diam dan sama sekali tak merasa bersalah. Ku kira setelah malam itu Ia menghapus nomornya, tapi ternya hanya diganti namanya. Aku menghela nafas panjang dan berkata pada diriku sendiri, "Sudahlah! Biarkan saja, ada Allah yang maha segalanya."

Tuesday 25 February 2020

Ketenangan itu diciptakan bukan dicari, segala sesuatu tergantung dari tekad didalam diri sendiri. Jika kau mampu, lawan! 

Kau tau bagaimana rasanya menjadi AKU?? 
Kali pertama mungkin Aku bisa diam, tp ini sudah yang ke dua kalinya, Haruskah Aku tetap diam??
Sekalipun Kau sembunyikan rapat-rapat, bahkan ditempat yang mungkin tak sanggup Aku jangkau, ingat ada Allah, yang bahkan menunjukannya dengan jalas... 
 
AZ-ZHAFIROH Blogger Template by Ipietoon Blogger Template