Sunday 29 May 2016

Aku tak cantik, layaknya mereka
Aku tak pandai, tak pula wanita dengan berjibun pengetahuan umum atau agama. Menyusun hijaiyah saja Aku masih mengeja. Jika kelak Kau temukan cacat pada diriku, kumohon ajari Aku untuk menutupinya. Jika kelak Kau temukan penyesalan karena ternyata Aku jauh dari yang Kau kira maka maafkan Aku. Jika kelak wanita yang Kau kira bernasab baik ini, ternyata jauh dari yang Kau kira, maka maafkan Aku.
Aku sungguh bukanlah mereka yang mampu melafalkan Al-Quran dengan fasih, yang mampu membaca kitab layaknya membaca sebuah buku biasa; lanyah.
Aku sungguh bukanlah layaknya mereka yang pandai pengetahuannya.
Aku sungguh bukanlah layaknya wanita yang mampu meracik makanan dengan lihai, hingga serasa belati sudah berjalan sendiri mengiris-ngiris sayuran itu.
Aku sungguh bukanlah layaknya mereka yang mampu memoles dirinya dengan sangat cantiknya.
Aku sungguh bukanlah layaknya mereka yang cantik Akhlaqnya Tuan.
Jika orang lain bahkan orang tuaku sendiri tak pernah menceritakan tentangku, mungkin karena tak ada baik yang mampu mereka ceritakan.
Terkadang Aku berfikir, benar-benar siapkah Kau menerima Aku ini?
Terkadang Aku berfikir mampukah Kau menerima Aku ini?
Tuan, kutuliskan ini dengan berurai air mata. Ku ingin Kau tau, bahwa Aku bukanlah wanita dengan kesempurnaan seperti mereka. Bahkan jika ditanya apa lebihku? Tidak ada.
Tuan, Ajari aku! Bimbing Aku. Mengerti apa yang tidak Aku mengerti terutama tentang agama.
Ajari Aku, menutup semua aibku, dan memenuhi apa inginmu.
Menjadi istri yang Kau inginkan, Ku yakin semua berharap pasangan mereka sempurna.
Sungguh Tuan, Aku menerimamu dengan modal bismillah. Aku hanya berharap menjadi istri yang Kau harapkan.
Aku yakin setiap wanita pasti berharap Ia menjadi istri layaknya ummu Khatijah, Fatimah atau Aisyah.
Aku hanya ingin dalam pintaku, kurasa sangat jauh jika ingin melangkah kesana.





Sunday 22 May 2016



Ada rasa, apa yang kita lakukan ini salah? Gusti, anda kita salah, lebur dosa Kami dimalam yang ijabah ini. Harapku kelak, Aku akan menjadi seorang istri yang berbahagia karena bisa berdiri satu shaf dibelakangmu. Istiqomah dengan kewajiban dan sunnah-sunnahNya. Doa diawal sebelum, bahkan hingga akan tiba saat dimana Enggkau mengambil beban ayah atasku cukuplah sederhana, RidhoNya, limpahan sakinah, mawaddah, warahmah darinya, keturunan yang sholih, sholihah serta istri yang bisa menjadi perhiasan dunia. Karena katanya, “sebaik-baiknya perhiasan adalah istri yang sholehah.”
Harapku, mampu menjadi istri yang memuaskan lahir batinmu, membahagiakanmu, tidak mengecewakanmu serta mampu menggandeng tanganmu kala susah maupun sedih. Bisa menjadi almadrosatul ula bagi anak-anak. Meski Aku sangat jauh jika Kau bandinkan dengan al Ummu khatijah, Aisyah atau Fatimah. Namun harapku, Ajari Aku hingga Aku mampu menjadi seperti yang Kau pinta.
Ajari Aku agama, karena Aku sungguh sangat fakir jika dibandingkan dengan yang lainnya.
Aku tak cantik, tak juga baik. Jauh jika dibandingkan dengan Kau yang sudah lama hidup diantara orang alim. Masih terbesit dalam benakku.
“Apa Aku pantas?”


15 sya'ban 

Saturday 14 May 2016

Tak ingin lama-lama bukan berarti Aku tergesa-gesa, hanya tak ingin setan menyela diantara Kita. Toh, perkara baik kenapa tak disegerakan. Maaf, Aku tak ingin berpacaran. Jika harus menunggu terlalu lama sama saja Kita berpacaran bukan? Status sudah di khitbah atau mengkhitbah sering kali membuat Kita merasa, “ Dia sudah milikku.”

Ketahuilah! Ini masanya Kita memperbaiki diri, mendekatkan dengan Gusti untuk bekal nanti. Setidaknya Gusti menyisakan sedikit waktu senggang untuk kita beribadah memantaskan diri, taqorrub illallah. Namun bukan berarti boleh lama.  

Semoga, segera. 

Thursday 12 May 2016

Kelak, pintaku... ,
Jadilah suami juga sahabatku yang tak lelah mendengar semua keluh manjaku.
Jadilah suami juga ibuku, yang menyedian telinga serta bahu untuk menyandarkan seluruh masalahku.
Jadilah suami serta kakakku, yang melindungi serta menyediakan tangan untuk mengusap tangis yang berderai di pipi.
Jadilah suami serta bajuku yang mampu menutup seluruh aibku.
Jadilah suami serta mata untuk menunjukan yang baik dan benar.

Namun,
Jangan jadikan Aku orang asing dalam kehidupanmu,
Jadikan Aku istri juga temanmu yang selalu Engkau curahkan keluh kesahmu.
Jadikan Aku istri juga penyemangatmu, menggandeng tanganku untuk menghadapi semuanya.
Jadikan Aku istri yang kau peluk ketika dinginnya kehidupan menyerang.
Ajari aku menjadi bajumu,
Ajari Aku untuk mengenalmu.

Terimakasih

Melati, tak bisakah Kau sampaikan rinduku?
hanya katakan saja padanya.
"Ku menanti kabar darinya."

Mungkin pagiku merindu pekatnya kopi, ampas yang biasa kusisakan ikut tertelan bersama keheningan.

Tak ingin jadi penuntut
Diam
menunduk
meminta

Cukup menaruh harap pada sang pemberi harap, tak lagi Kutanya, "aina anta?" 
Hanya, "Jaga Ia."




Pintaku tak muluk, hanya adakan Aku biar tak terasa maya. Keadaan ini membuatku bertanya, “Iakah Kita akan melangkah kesana?” tes apalagi yang kau berikan padaku. Menunggu itu lelah Abang, sungguh sangat melelahkan. Serasa hati dan pikiran berlari, apa Kau rasakan hal sama? Atau sebaliknya?

Sudah kujelaskan apa yang tidak Aku suka, namun Kau malah bertingkah demikian ini. Harus bagaimana Aku. Apa Kau tau, jika tangisku karenamu. Kau tau, ada yang menghantam tubuh ini ketika kubaca statusmu. Buliran air mata mengalir di taubatku, “Kenapa dengannya? Apa yang harus Aku perbuat Gusti? Maafkan Aku, jangan Kau kotori cintaku yang mulai tumbuh denganMu, hanya karena hambamu yang baru menyapaku sejenak saja.”

Siapa yang egois disini? Sungguh, tak bisakah Kau mengerti Aku wanita dengan perasaan yang mudah rapuh, Aku sungguh masih malu memulai. Seharusnya Kau tau itu? Sudah kukatakan, “tolong jelaskan, apa kurangku agar kutau apa maumu. Jangan kau diami Aku!”

Aku wanita abang, meski bibir kubuka lebar untuk tersenyum. Namun hatiku menjerit, “Aina anta?” tak merasakah Kau, tangisku dalam sujudku selalu meminta, “sampaikan rinduku padanya Gusti, Aku rapuh. Ku titipkan rinduku lewat Engkau. Satukan kami dalam naunganMu, tata niat kami. Bismillah taqorrub illahllah. Ingatkan kami kala kami lupa, istiqomahkan kami beribadah kepadaMu. Jadikan dhuha, tahajjud, siam, dzikir menjadi kebiasaan kami. Sebelum, hingga nanti bahkan sesudahnya sampai Kau sendiri yang menjemput Kami lewat malaikatmu. Ingatkan Dia, akan malam, siang dan paginya. Kelak, satukan Kami karenaMu.”


Tak semua doaku mampu kutulis, karena jariku sudah tak mampu menahan rindu bersua denganmu.

Saturday 7 May 2016

Akahkah kumulai bergelut dengan alam imaji lagi. Jika kau kata cinta itu sederhana, namun melangkah kesana sungguh berat rasanya. Aku serasa melayang, akankah Kita mampu? Semoga lalu tak menggaggu. Telah kusampaikan pesanku pada melati dan Kau membalasnya. “ Aku cinta dan sayang kepadamu lillah.” Jika Ia, mampukah Kau menerima semua kekuranganku, kenaifanku, kegilaanku kala dulu.

Gusti, dulu Aku kembali karenaMu sekarang bantu Aku. Dia datang juga karenaMu. Bismillah, niat taqorrub kepadamu. 

Friday 6 May 2016

Gusti, pertemuan Kami adalah karenaMu, semua kuasaMUlah yang mampu menyatukan Kami.Jika lalu masih mengganggu, siapa lagi yang mampu membantuku selain Engkau Gusti? Kulo niki sinten? Gusti, mpun kulo pasrahaken sedoyo teng jenengan. Bismillah, tata niat hamba. Dia yang mendekatkan hamba denganMu, jangan sampai Engkau buat hamba ini menjadi seseorang yang membuatnya kecewa kelak. Gusti, Tunjukan jalanmu. Apa paitnya lalu bisa pergi saja. Aku sungguh mulai ingin taqorrub denganMu. Jadikan ini jembatan jangan ada hambatan. 
 
AZ-ZHAFIROH Blogger Template by Ipietoon Blogger Template